TEMPO.CO, Yogyakarta - Ketua Dewan Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta, Wuryadi, meminta para guru aktif berinisiatif mengembangkan desain kurikulum baru 2013 tanpa menunggu panduan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
"Para guru yang harus mengembangkan kurikulum ini. Semua sekolah harus mulai mempersiapkan itu," kata Wuryadi saat berbicara di Forum Urun Rembug Strategi Implementasi Kurikulum 2013: Tantangan dan Peluangnya dalam Penguatan Pancasila yang diadakan Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada sebagai rangkaian kegiatan Bulan Pancasila 2013 di Balai Senat UGM pada Senin, 20 Mei 2013.
wuryadi menegaskan bahwa inisiatif guru dan sekolah dalam merancang sendiri desain pelaksanaan kurikulum 2013 penting untuk menghindari ketergantungan daerah pada panduan teknis dari pusat. "Guru dan sekolah tak perlu menunggu pelatihan dan petunjuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengenai penjabaran detail teknis Kurikulum 2013," katanya. "Justru pendidikan di sekolah harus menghindari model kurikulum yang terpusat dan tergantung mutlak dengan konsep buatan pemerintah," katanya lagi.
"Guru harus menjadi bagian utama dari pembentukan kurikulum," ujar Wuryadi di forum yang diikuti ratusan guru dan kepala sekolah dari DIY dan sekitarnya itu.
Wuryadi berpendapat keterlibatan aktif guru dalam penjabaran kurikulum 2013 bisa mengurangi sejumlah kelemahan pada kurikulum itu. Dia menilai kurikulum 2013 memiliki kelemahan utama dari segi paradigma epistemologis.
"Orientasinya hanya memperhatikan pengembangan kualitas manusia untuk suplai tenaga kerja bermutu. Orientasinya terlalu ke manusia dan melupakan aspek alam serta minim orientasi keindonesiaannya," ujar dia.
Dia mengaku telah mengunduh enam dokumen mengenai konsep kurikulum 2013 dari internet. Dari dokumen itu, Wuryadi menemukan sejumlah kesalahan teknis yang fatal dalam soal bahasa. "Satu alinea bisa puluhan kata, seolah semuanya ingin dimasukkan. Bahasanya kurang ringkas dan padat," ujar dia.
Meski begitu, kata Wuryadi, kelemahan itu seharusnya tidak menghalangi guru dan sekolah untuk mulai mengkaji teknis pelaksanaan kurikulum ini. Secara tekniks, perumusannya bisa melibatkan guru-guru di masing-masing pelajaran. "Contohnya Fakultas Biologi Universitas Kristen Duta Wacana baru-baru ini mengajak guru mencari rumusan pengajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013," kata dia. Inisiatif semacam itu, kata dia, perlu diperbanyak dan ditingkatkan intensitasnya.
Pembicara lain di forum itu, ST Kartono mendukung usul Wuryadi. Menurutnya, semua guru harus menjadi kurikulum hidup untuk siswa. Namun, pengajar SMA Kolese De Britto itu menilai banyak guru sekarang kurang berinisiatif mengkaji kurikulum secara mandiri. "Jarang ada guru mau repot soal kurikulum," ujar dia.
Misalnya, kata Kartono, pasca Ujian Nasional pada Mei ini, mayoritas guru minim kegiatan sampai bulan Juni. Seharusnya, kata dia, jeda antara April dan Juni dipakai untuk mengkaji kurikulum bersama guru lain. "Seandainya ini dilakukan selama ini, kondisi pendidikan di banyak sekolah pasti berbeda," kata dia.
Kartono menilai selama ini penyusunan konsep kurikulum jarang diimbangi dengan pemerataan peningkatan kapasitas guru untuk pelaksanaannya. Dia mengaku menemukan fakta, di sekolah pedalaman Kalimantan, banyak guru masih memakai panduan kurikulum terbitan 2002. "Fakta itu saya ketahui pada 2010 lalu," ujar dia.
Pengajar yang terkenal aktif sebagai kolumnis di banyak media massa ini menyarankan para guru mulai aktif bersuara mengkoreksi kebijakan pendidikan nasional. Kata dia alat paling potensial untuk menyalurkan suara kritis guru adalah media massa. "Guru harus mulai rajin menulis dan bersuara kritis agar guru didengar pemerintah," ujar dia.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM
Topik Terhangat:
PKS Vs KPK | E-KTP | Vitalia Sesha | Ahmad Fathanah | Perbudakan Buruh
Berita Terpopuler:
Selingkuh, Begini Fathanah Minta Maaf
Ilham Arief Serahkan Rp 7 Miliar ke Fathanah
Cerita Sopir Fathanah Soal Paket Duit ke Luthfi
Bisnis Labora Sitorus Dimulai dari Miras Cap Tikus
Sefti Suruh Sopir Beri Bingkisan Duit ke Luthfi?