TEMPO.CO, Batang - Dari penyergapan rumah kontrakan di wilayah Dusun Gagatan, RT 1 RW 2, Desa Kemiri Timur, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang, Kamis 9 Mei 2013 sekitar pukul 11.00 WIB, polisi antiteror menemukan sejumlah pelat nomor palsu.
Menurut salah satu anggota polisi berkostum preman yang enggan menyebutkan namanya, pelat nomor palsu tersebut digunakan para terduga teroris kawanan Abu Roban untuk menyamarkan identitas sepeda motor yang digunakan saat melakukan aksi perampokan.
"Lebih dari sepuluh (pelat nomor palsu)," kata pria berbadan tegap, mengenakan topi pet, kalung rantai, kaos, dan celana jeans selutut itu kepada Tempo. Dari pantauan Tempo, beberapa pelat nomor palsu itu diawali huruf AD (Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah).
Selain setumpuk pelat nomor palsu yang dibungkus plastik bening itu, polisi juga tampak mengamankan sejumlah stiker gulungan warna warni dalam satu kardus. "Scotlight (stiker) itu diduga untuk menutup bodi sepeda motor," kata laki-laki itu.
Sumber tersebut menambahkan, di dalam rumah kontrakan itu, terdapat satu ruangan yang digunakan seperti bengkel untuk memodifikasi sepeda motor para anggota kawanan Abu Roban. Dari ruangan itu, polisi juga mengamankan sebuah kunci inggris besar.
Sebuah sepeda motor Honda Supra Fit berpelat nomor AD 2001 OG yang terparkir di ruang tengah rumah bercat biru itu juga turut disita sebagai barang bukti. Selain itu, polisi juga menemukan dua buah alat setrum. "Alat ini diduga untuk melumpuhkan korban perampokan," ujar salah satu anggota intel dari Polres Batang.
Selain itu, polisi juga mengamankan sepasang sepatu kulit warna hitam mirip sepatu pakaian dinas harian Tentara Nasional Indonesia. Diduga, sepatu yang telah kusam warnanya itu digunakan salah satu kawanan ketika merampok Bank Rakyat Indonesia di Lampung.
Kepada Tempo, anggota Badan Perwakilan Desa Kemiri Timur, Budiyono, mengaku menemukan selembar kertas yang tercetak cara merakit sesuatu rangkaian elektronik. "Ada cara memasang baterai dan lain-lain. Sayangnya kertas itu langsung diminta polisi," ujar Budiyono.
Budiyono dan puluhan warga lain turut menyisir rumah kontrakan seluas 400 meter persegi tersebut setelah rombongan polisi antiteror meninggalkan lokasi. Di dalam rumah tersebut, juga tertinggal setumpuk pakaian yang acak-acakan di atas sebuah tempat tidur di ruang depan.
DINDA LEO LISTY