TEMPO.CO , Jakarta: Keberadaan tim sukses ujian nasional di sekolah-sekolah mulai SD sampai SMA bukan cerita baru. Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia, Retno Listyarti mengatakan, sejak lembaganya membuka posko pengaduan UN 3 tahun lalu, hal yang selalu terulang. “Semakin parah tiap tahun, makin sistemik dan masif,” katanya ketika dihubungi Tempo, Ahad 5 Mei 2013.
Retno menyebut, praktek ini melibatkan guru hingga kepala sekolah dan kepala dinas pendidikan. “Kepala dinas menyuruh kepala sekolah untuk menyukseskan UN dengan segala cara, sehingga ini direncanakan betul-betul.” Bahkan yang terbaru, kata Retno, ada pula sekolah yang mengajak bimbel untuk ikut serta.
Dia menjelaskan, laporan yang didapat FSGI, secara teknis, soal sudah bocor ketika didistribusikan dari sekolah rayon ke sekolah-sekolah di bawahnya. “Polisi kan cuma mengawal sampai sekolah rayon.” Soal langsung dijawab oleh guru dan disalin ke lembar-lembar kecil kunci jawaban.
Selanjutnya, pada pagi hari ujian, lembar itu dibagikan ke murid dengan berbagai trik. Ada yang diberi langsung, diantarkan ke ruangan, lewat SMS, sampai salam tempel sebelum murid masuk ruangan. “Murid sudah diminta datang lebih pagi,” Retno berkata.
Meski soal sudah dibuat jadi 20 paket berbeda, kata dia, curang selalu menemukan jalan. Kunci jawaban diatur sedemikian kecil sehingga memuat jawaban berbagai paket soal. Untuk menjawab banyaknya jenis soal inilah pihak bimbel diajak kerjasama. “Muat kalau ditulis kecil-kecil. Jawabannya kan cuma CCABB, DEADD, bukan jenis essai,” dia mencontohkan.
Menurut Retno, praktek tim sukses UN terjadi di seantero Tanah Air, baik sekolah negeri maupun swasta. Utamanya, di sekolah negeri reguler dan sekolah swasta gurem. Sebab, sekolah-sekolah itu takut muridnya tidak lulus. “Guru berpikir kemanusiaan.” Sedangkan di sekolah unggulan, kata dia, praktek ini tidak terjadi. Sebab murid-muridnya kaya sehingga mampu ikut bimbel dan les. “Tapi belum tentu juga mereka tidak beli kunci jawaban dari luar sekolah.”
Bukan hanya murid yang jadi korban praktek curang ini. Nasib guru yang menolak curang, nahas. Guru sekolah swasta dipecat, sementara guru sekolah negeri dimutasi. “Guru jujur itu berbahaya,” Retno geram. Dia menilik kejadian di Riau dan Garut, ada guru yang dikriminalkan karena menolak bekerjasama.
Untuk menghentikan praktek ini, menurut Retno, jalan satu-satunya adalah meniadakan UN. Sebab, sistem UN-lah yang dinilai melahirkan kecurangan. Retno menawarkan solusi, kembali ke sistem evaluasi belajar tahap akhir nasional. Artinya, sekolah lebih memegang peranan menentukan kelulusan murid, sesuai Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 58 ayat 1. “Tugas negara bukan menilai, tapi mengawasi.”
ATMI PERTIWI
Topik Terhangat:
Pemilu Malaysia | Harga BBM | Susno Duadji | Ustad Jefry | Caleg
Baca juga:
25 Buruh Panci Disekap, 3 Bulan Tidak Mandi
Bos Pabrik Panci yang Siksa Buruh Jadi Tersangka
Kisah Buruh Pabrik Panci Kabur dari Sekapan Bos
Finalis X Factor Indonesia Ramaikan Konser Lenka
Profil Andressa Urach, Selingkuhan Ronaldo
Korban Tewas Bom TNI Sempat Dapat Uang dari SBY