TEMPO.CO, Garut--Tiga warga Kampung Pamulaan, Desa Parakan, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jawa Barat, tertimbun longsor. Mereka tertimbun saat tengah membersihkan kebun garapannya yang berada di Kampung Puncaklancang, Desa Sukakarya.
Hingga berita ini ditulis ketiga korban masih belum ditemukan. Mereka di antaranya, Juhaenah, 36 tahun, Elah, 40 tahun, dan Enoh, 47 tahun. "Ketebalan longsor yang menimbun korban antara 7-10 meter," ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Garut, Zatzat Munazat, Sabtu, 20 April 2013.
Menurut dia, proses evakuasi korban cukup menyulitkan tim gabungan. Alasanya karena medan yang cukup terjal sehingga alat berat sulit untuk diturunkan. Akibatnya pencarian para korban dilakukan dengan cara manual.
Zatzat mengaku proses evakuasi dihentikan pada pukul 17.00 WIB. Alasannya karena cuaca di sekitar lokasi kejadian mulai turun hujan. Selain itu kondisi dilapangan juga mulai gelap dan tidak ada lampu penerangan. "Pencarian akan kami lanjutkan besok. Sekarang pencarian kami hentikan khawatir terjadi longsor susulan," ujarnya.
Suami Juhaenah, Endang, 40 tahun, menyatakan kejadian itu berlangsung saat dirinya bersama istrinya dan dua saudaranya membersihkan rumput di sekitar kebun pada pagi tadi. Mendadak tebing yang berada tepat di samping kebun ambrol. "Istri saya hampir selamat, saya terus berteriak agar menghindari longsor. Tapi arus tanah dari atas begitu cepat turunnya hingga menimbun istri saya," ujar Endang dengan penyesalan. Saat kejadian, Endang mengaku tengah beristiraha di saung yang berada di sekitar kebun.
Baca Juga:
Kepala Desa Sukakarya, Asep Hamdani, mengatakan tebing yang longsor itu memiliki kemiringan sekitar 80 derajat, tinggi 300 meter dan lebar antara 20 meter di puncaknya sampai lebih dari 100 meter pada dasarnya. Longsor juga diakibatkan karena kondisi tanah yang lapuk karena diguyur hujan selama tiga hari berturut-turut.
Asep menilai penyebab longsor lainnya karena alih fungsi lahan. Kondisi lahan disekitar kejadian diubah menjadi lahan tanaman semusim. Sehingga tidak ada tanaman keras untuk menyyangga tanah. Padahal lahan tersebut merupakan milik Perum Perhutani. "Ini kelalaian Perum Perhutani, kenapa warga bisa menanam tanaman semusim di sana, padahal itu sangat rawan," ujarnya.
Asep mengaku pihaknya telah berulang kali menegur warga dari desa lain untuk bercocok tanam di lahan Perhutani. Namunlarangan itu tidak digubrisnya. Tak hanya itu, Asep juga telah meminta Perum Perhutani unutk menertibkan petani yang menggarap lahan di daerah rawan longsor. "Usulan apapun sampai saat ini tidak ada tanggapan, mungkin kalau sudah ada korban baru akan mengerti," ujarnya.
SIGIT ZULMUNIR
Topik Terhangat:
Ujian Nasional | Bom Boston | Lion Air Jatuh | Kasus Cebongan
Baca juga:
EDISI KHUSUS Preman Jogja
Calon Kapolri Rekening Gendut? PPATK Turun Tangan
Tak Ada Lagi Pentolan Preman di Yogya
Kisruh UN, Menteri Nuh: Ini Musibah
Partai Kabah Lamar Yenny Wahid