TEMPO.CO, Jakarta - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bandung Barat menghentikan secara resmi masa tanggap darurat dan pencarian korban longsor Cililin selama tujuh hari di Kampung Nagrog, Kecamatan Cililin, Bandung Barat, pukul 16.00 WIB, Ahad, 31 Maret 2013. Dari 17 korban tewas, hingga siang tadi, tinggal tiga yang belum ditemukan jasadnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Bandung Barat Maman Sulaeman menjelaskan, penghentian pencarian korban sudah disepakati instansinya bersama keluarga korban dan pejabat daerah setempat, Sabtu malam, 30 Maret.
"Semalam, keluarga korban sudah menerima dan mengikhlaskan jika memang anggota keluarga mereka hilang tak juga bisa ditemukan," kata Maman di lokasi longsor, Ahad, 31 Maret 2013.
"Pencarian ketiga korban akan kami maksimalkan hari ini sampai sekitar pukul 16.00 nanti. Kalau tidak ketemu juga hari ini, kami akan menggelar salat gaib (salat jenazah secara in absentia)," kata Maman.
Satu lagi korban longsor Cililin atas nama Iis, 18 tahun, ditemukan sekitar pukul 10.30 WIB tadi. "Ya, yang tadi ditemukan itu Iis, istri saya. Tinggal anak pertama saya, Jesica, yang baru berumur 4 bulan, dan nenek kami, Mak Imas, yang belum ditemukan jasadnya," ujar Dodo, suami mendiang Iis.
Baca Juga:
Pantauan Tempo, hingga pukul 14.30 WIB, pencarian ketiga korban longsor masih terus dilakukan oleh petugas gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana, tentara, polisi, dan warga setempat. Penggalian timbunan material longsor dilakukan, antara lain, di bagian selatan timbunan.
Namun, sekitar pukul 14.39 WIB, penggalian terpaksa dihentikan. Pasalnya, angin yang membawa hujan dari arah selatan mulai berembus kencang di lokasi longsor. Para petugas dan wartawan pun langsung berbenah dan berlarian menjauhi lokasi longsor menuju tempat aman nun di balik bukit.
"Sesuai kesepakatan, tadinya pencarian kami akan akhiri pukul 16.00. Tapi, karena cuaca tak mendukung, pencarian hari terakhir kami hentikan sekarang untuk menghindari jatuhnya korban dari pihak evakuator. Masa tanggap darurat kami hentikan," kata Maman.
Adapun tugas BPBD dan pemerintah selanjutnya, ia meneruskan, adalah melayani pengungsi. Kini, sekitar 220 warga semua area rawan longsor di Desa Mukapayung tinggal di lokasi pengungsian, di Madrasah Al Maruf, desa yang sama. "Sedangkan untuk relokasi rumah warga kami serahkan kepada pemerintah dan aparat desa setempat," kata Maman.
Dari catatan Badan Penanggulangan Bencana, 14 korban longsor Cililin yang sudah ditemukan dan diserahkan kepada keluarga adalah Tedi, 13 tahun, Dedi (27), Tika (26), Fitri (8), Aditya (3), Agus (5), Teten (32), Safaat (8), Ros (32), dan Resti (3). Selain itu, Tuti, 50 tahun, Taryati (48), Entis (52), dan Iis (18).
Satu korban yang terakhir ditemukan tim evakuator siang tadi adalah jasad Iis. Sedangkan jasad anak Iis, yakni Jesica Aulia, 4 bulan, dan neneknya, Imas, 65 tahun, masih terkubur di lokasi longsor. Begitu pun jasad warga lainnya, Ecep, 22 tahun.
Sebuah bukit di Kampung Nagrog, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat, longsor dan mengubur sejumlah rumah di bawahnya pada Senin pagi, 25 Maret 2013. Sebanyak 17 warga dan 10 rumah di lingkungan RT 04 RW 07 Desa Muka Payung itu tertimbun dan porak poranda.
ERICK P. HARDI
Baca juga
EDISI KHUSUS: Guru Spiritual Seleb
KLB Demokrat Dipastikan Aklamasi
Jelang KLB, Ketua DPD Demokrat Temui SBY
SBY Ketua Umum, Konflik di Demokrat Selesai
Anas di Bali, tapi untuk Berlibur
Topik terhangat: Agus Martowardojo | Serangan Penjara Sleman | Krisis Bawang | Harta Djoko Susilo Nasib Anas