TEMPO.CO, Jakarta - Tak sedikit orang bingung membedakan antara guru spiritual dengan dukun. Parahnya, terkadang keduanya sering kali dianggap sama.
Menurut sosiolog dari Universitas Gadjah Mada, Suprapto, masyarakat harus bisa membedakan antara guru spiritual dengan dukun. Meskipun memang biasanya mereka sama-sama memiliki keahlian khusus yaitu bisa "menyembuhkan".
"Kata spiritual lebih merujuk ke hubungan manusia dengan Tuhan. Jadi, guru spiritual itu sifatnya menolong dan membantu orang memahami masalah kebatinan/kejiwaan terkait dengan hubungannya dengan sang pencipta," kata dia kepada Tempo, Kamis, 28 Maret 2013.
Artinya, kata dia, guru atau penasehat spiritual memiliki ilmu yang lebih sehingga bisa membimbing dan memberikan pemahaman yang lebih baik dan bersifat positif soal agama atau kepercayaan tertentu. Ajaran yang diberikan kepada pengikutnya pun tidak akan bertentangan dengan agama atau kepercayaan yang diyakininya. "Jika dipikir secara rasional, yang diajarkan itu masih masuk akal dan tidak melanggar norma agama," kata dia.
Suprapto mencontohkan, guru-guru spiritual yang benar tentu menyarankan untuk banyak beramal, rajin berpuasa senin-kamis, atau puasa Nabi Daud. "Tapi kalau ada yang melarang sedekah, tidak salat berjamaah, itu yang saya kira menjadi tanda tanya. Apa motivasi kegiatan spiritual mereka," ujarnya.
Sedangkan dukun, kata dia, adalah orang yang mengobati atau menolong orang sakit dengan memberi jampi-jampi seperti mantra, guna-guna, dan lain sebagainya. Dan saat ini, fenomena yang terjadi di masyarakat adalah marak bermunculan guru-guru spiritual yang sebenarnya lebih mendekati kategori sebagai dukun. "Memang sekarang lebih bervariasi, kalau banyak yang memberi syarat-syarat aneh dan pantangan yang nggak masuk akal itu berarti dukun," kata dia.
Apalagi banyak guru spiritual saat ini lebih banyak mencari keuntungan dari pekerjaan tersebut. "Padahal sejatinya mereka bekerja tanpa pamrih, kalau pun dibayar, ya tidak sampai menguras harta," tambah dia.
Pengajar mata kuliah sosiologi kriminalitas di UGM ini mengingatkan agar masyarakat tak mudah terpengaruh untuk ikut-ikutan "berguru" pada orang-orang tertentu. Jika memang tertarik untuk datang dengan tujuan penenang hati atau membangun percaya diri, setidaknya harus memegang satu hal penting. "Kuncinya tetap berfikir rasional, namanya konsultasi ya bayar sewajarnya saja. Kalau sampai terkuras hartanya, kita harus sensitif itu tidak benar," kata dia.
MUNAWWAROH
Topik Terhangat: Serangan Penjara Sleman || Adi Vs Eyang Subur || Harta Djoko Susilo ||Agus Martowardojo
Berita terkait:
Profil Eyang Subur: Penjahit Jadi Kolektor Kristal
FPI Persoalkan Sembilan Istri Eyang Subur
Pengacara Eyang Subur Tantang Adi ke Polisi