TEMPO.CO, Malang - Universitas Brawijaya Malang akan kembali melaksanakan pertukaran budaya Indonesia dan Jepang melalui program yang disebut Pertukaran Budaya di Malang atau Multicultural Exchange in Malang 2013.
Peserta acara yang dalam bahasa Jepang disebut Tabunka Kouryuu in Malang itu terdiri dari 15 mahasiswa dari berbagai universitas di Jepang dan 15 mahasiswa Sastra Jepang Universitas Brawijaya, yang telah lolos seleksi tulis dan wawancara. "Insya Allah, acara kami adakan 5-13 Maret," kata Faridah Suciyatmi dari Sekretariat Tabunka Kouryuu, Jumat, 22 Februari 2013.
Menurut Faridah, selama berlangsungnya program pertukaran budaya, para peserta menggunakan bahasa Jepang sebagai bahasa pengantar.
Faridah menjelaskan, program tahunan itu diadakan International Institute of Multicultural Studies (IIMS) atau dalam bahasa Jepang bernama Kokusai Hikaku Bunka Kenkyuusho. IIMS bekerja sama dengan Program Studi Sastra Jepang Jurusan Bahasa dan Sastra Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya.
IIMS merupakan organisasi nirlaba yang bergerak di bidang studi kebudayaan dan hubungan internasional, didirikan tahun 2000 di Prefektur Gunma. Adapun rombongan peserta dari Jepang dipimpin Presiden IIMS, Ota Takao.
Kerja sama tersebut merupakan yang kedua setelah 5 Mei 2011. Sedangkan program Tabunka Kouryuu adalah yang keenam kalinya. Sebelumnya diselenggarakan pada 2007, 2008, 2009, 2011, dan 2012.
Peserta dari Jepang akan dipasangkan dengan peserta dari Indonesia sehingga bisa saling berbagi dan mempelajari kebudayaan negara masing-masing. Di antaranya kebudayaan Malangan. Mereka juga berkunjung ke kelas bahasa Jepang di FIB, Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang, dan Sekolah Menengah Atas Katolik Santa Maria.
Kegiatan pun diisi diskusi serta belajar membuat batik tulis dan keramik. Mereka juga menginap di rumah warga.
Ota Takao mengatakan, program serupa dilakukan di Taipei, Taiwan, dan Busan, Korea Selatan.
ABDI PURMONO