TEMPO.CO, Madiun - Peralatan yang mendeteksi gerakan tanah maupun longsor yang dipasang di lereng pegunungan Wilis, Kabupaten Madiun, tak efektif. Alat tersebut dihubungkan dengan tali dan sensor gerak serta serine yang akan berbunyi jika tali tertarik karena gerakan tanah.
Lantaran bekerja sesuai gerakan tanah di lokasi yang dipasang, maka alat ini tidak bisa mendeteksi gerakan tanah dalam radius yang luas. Padahal, ada banyak titik potensi longsor yang terdapat di lereng pegunungan Wilis.
"Alat early warning system ini hanya mendeteksi dan memberi peringatan di lokasi tempat dipasang, jadi tidak memiliki radius," ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Madiun, Ahmad Nuryanto, saat dihubungi, Kamis, 21 Februari 2013.
Alat tersebut dipasang di area yang sudah terjadi rekahan tanah di Dusun Tegir, Desa Padas, Kecamatan Dagangan. Kemarin, 20 Februari 2013, longsor terjadi di area hutan lindung dekat dusun setempat. "Longsor yang kemarin terjadi tidak terdeteksi karena alatnya memang tidak dipasang di situ," ujar Nuryanto.
Beruntung, longsor yang terjadi di hutan lindung Perhutani petak 15 RPH Nglengko, BKPH Wilis Utara, KPH Lawu, tersebut tidak sampai menerjang permukiman warga. Namun, sebuah jembatan yang menghubungkan Dusun Tegir, Desa Padas, dengan Dusun/Desa Segulung, hilang terbawa arus sungai bercampur tanah longsor. Sebanyak 53 kepala keluarga (KK) atau 241 jiwa warga Dusun Tegir juga harus mengungsi di dusun lain yang lebih aman.
Baca Juga:
ISHOMUDDIN
Berita terpopuler lainnya:
Diberhentikan SBY, Bupati Aceng Membangkang
Bupati Aceng Gugat Keputusan SBY
Agnes Monica, Selebritas Berpakaian Terburuk
Pecah Jalan Para Pimpinan KPK
Damar Tak Berniat Kritik Karya Andrea Hirata
Rasyid Rajasa: Saya Tak Bersalah