TEMPO.CO, Jakarta - Peran ganda mahasiswa dan penghibur membuat waktu banyak tersita. Tak jarang, para 'ayam kampus' ini bolos kuliah karena booking-an tamunya. (Baca juga: Bagi Ayam Kampus, Pelanggan Adalah Raja).
Doni, mucikari yang mengaku mempekerjakan sekitar 10 'ayam kampus', mengatakan selalu menanamkan prinsip: tamu adalah raja. (lihat: Ayam Kampus Juga Punya Kode Etik) Doni blak-blakan bercerita soal 'ayam kampus' kepada Tempo di sebuah kafe di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
"Mereka akan bela-belain enggak kuliah untuk melayani tamu," ujarnya. "Mereka titip absen ke teman kemudian mereka berangkat bekerja."
Tugas para pekerja seks komersial ini, Doni menambahkan, adalah memuaskan tamu sehingga ia membuat aturan main ketika menghadapi tamu. Misalnya, mereka dilarang memainkan ponsel saat bertugas. Karena dalam banyak kasus, ada pekerja yang diadukan tamu karena asyik main game sendiri di atas ranjang.
Ketika mengambil uang dari pelanggan juga ada caranya. Ketika tamu memberi uang tunai, jangan langsung diambil. Uang baru diambil ketika tamu sudah pergi. Ketika sedang bertugas, pekerja seks dilarang memamerkan harta benda di depan tamu, seperti telepon genggam mahal atau laptop. Meski rata-rata pekerjanya memiliki mobil, ia juga tetap mengharuskan mereka menemui pelanggannya dengan taksi. Ikuti lika-liku ayam kampus di sini.
HERU TRIYONO|PACIFICA
Baca juga:
Ayam Kampus: Beda Harga, Beda Rasa
Pengakuan Kolega Maharani Suciyono: 60 Juta/Bulan!
Pelanggan Ayam Kampus: Pengusaha Sampai Pejabat
Malam 'Ngayam Kampus', Besoknya Diratus