TEMPO.CO, Jakarta - Di kampusnya, sebuah universitas swasta di Jakarta Pusat, perempuan asal Medan ini dikenal ramah dan pandai bergaul. Tak ada yang tahu kalau Santi, sebut saja namanya begitu, punya peran ganda: mahasiswa dan penghibur, atau yang dikenal dengan sebutan "ayam kampus".
Kepada Tempo yang menemuinya dua pekan lalu di sebuah kafe di Kemang, Jakarta Selatan, Santi membeberkan peran gandanya. Dia juga bercerita soal koleganya, Maharani Suciyono, mahasiswi berusia 19 tahun yang diciduk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bersama perantara suap impor daging, Ahmad Fathanah, di Hotel Le Meridien, Jakarta.
Kasus Maharani ini memang mengangkat kembali fenomena "ayam kampus" di Jakarta. Dari penelusuran Tempo, keberadaan pekerja seks komersial ini bukan cuma marak di kampus swasta saja, tapi juga di kampus pelat merah, bahkan di perguruan tinggi agama. Kebanyakan 'ayam kampus' --atau disebut juga 'culai'-- adalah peliharaan mucikari alias germo. Para germo inilah yang menjembatani mereka ke pelanggan.
Santi mengaku satu "tongkrongan" dengan Maharani. Keduanya sama-sama mengambil jurusan Ilmu Komunikasi. "Kita sering nongkrong di kafe depan kampus. Tapi karena dia (Maharani) ke-gap, pin BBM gue dihapus," ujarnya dengan mimik sedih.
Ia meyakini ada "Maharani" lain di kampus, termasuk dirinya. Keberadaan mereka, kata dia, tersamar, karena kebanyakan lihai menyamar. Beberapa ayam memang berpenampilan sederhana, sehingga mudah menipu kolega dan dosen. Sama dengan mahasiswi lain, para pekerja seks ini juga rajin datang ke kampus, tetapi belum tentu masuk kelas. "Pulangnya tunggu jemputan atau panggilan deh," katanya.
Bagi Santi, mengumpulkan uang belasan juta rupiah dalam sepekan bukan perkara sulit. Komisi Rp 10 juta yang diterima Maharani dinilainya juga standar. Di sebuah tempat hiburan malam di Jakarta Pusat, ujar dia, Rp 10 juta itu baru tip. Tapi memang, ditambahkannya, 'ayam' yang dibayar sebesar itu memiliki spesifikasi fisik standar tinggi. "Ya selevel model-lah," ujar Santi yang mengaku bisa melayani short time dan long time.
Dari penelusuran Tempo, harga mahasiswi esek-esek ini dipatok dari Rp 2 juta hingga Rp 10 juta, bahkan lebih. Hitungannya juga berbeda-beda. Ada yang hitungannya sekali berhubungan saja, ada yang sehari, dan ada yang sampai bisa dibawa ke luar kota atau luar negeri. "Yang sampai sepekan di luar negeri tentu harganya bisa lima kali lipat," kata Doni.
Pendapatan rata-rata para pekerja seks ini bisa mencapai Rp 60 juta per bulan. Ini beda Rp 2 juta saja dengan gaji sebulan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Simak Edisi Khusus Ayam Kampus di sini.
HERU TRIYONO| PACIFICA
Edisi Khusus Lainnya:
Prahara PKS
Romantisme Habibie
Paceklik Artis Cilik
Bukan Bupati Biasa
Kiamat 2012