Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Konservasi Orang Utan dalam Bingkai Foto

image-gnews
Orangutan. AP
Orangutan. AP
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta--Fotografer Kantor Berita Antara Regina Safri menggelar pameran tunggal fotografi bertajuk Orang Utan : Rhyme and Blues di galeri Bentara Budaya Yogyakarta 27 Januari-4 Februari 2013.

Perempuan yang akrab disapa Rere itu mengusung 42 karya foto. Karyanya merupakan hasil jepretan selama observasi di lembaga konservasi Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) Samboja, Kalimantan Timur kurun Desember 2011 -Juli 2012.

Karya fotografi yang dipamerkan itu banyak menggali bagaimana aktivitas kehidupan para tenaga yang bekerja di BOSF saat merawat dan memperlakukan orang utan. Mulai dari memberi susu, mengajak bermain, hingga menidurkan bayi-bayi orang utan. Ada sekitar 850 primata yang saat ini dikonservasi lembaga yang pendiriannya ikut dilakukan mantan menteri kehutanan Bungaran Saragih itu sepuluh tahun silam. "Saya beruntung bisa masuk. Prosesnya cukup rumit," kata Rere kepada Tempo Ahad (27/1).

Sebelum memasuki lembaga itu, perempuan kelahiran 23 September 1983 itu diminta melakukan serangkaian tes kesehatan. Cek ludah, cek darah, dan ronsen. Untuk memastikan ia bebas dari tiga penyakit, hepatitis, TBC, dan Aids. Sebab, DNA orang utan hampir sama dengan manusia, sehingga dikhawatirkan saling menular.

Rere mengatakan karya foto orang utan yang sudah dipamerkan di Jakarta dan Surabaya itu adalah proyek idealisnya. Ia terus bolak-balik Yogyakarta dan Kalimantan untuk melengkapi proyeknya. Ia penasaran dengan pemberitaan di televisi soal pembantaian orang utan di lahan perkebunan sawit 2011 silam sehingga memutuskan melihat sendiri di lapangan.

Sayangnya, selama delapan bulan melakukan obeservasi, ia belum berhasil menemukan kejadian itu dan mengabadikannya. "Tidak gampang ternyata mendapatkan ijin masuk ke perkebunan kelapa sawit itu. Sehingga saya akhirnya fokuskan pada perawatan yang dilakukan," kata dia.

Meski tak berhasil masuk ke perkebunan sawit, Rere mengaku puas ternyata masih ada realitas menarik seputar konservasi orang utan yang belum banyak diketahui publik. Salah satunya cerita tentang susahnya menyiapkan orang utan yang akan dilepas liarkan ke alam bebas.

Perempuan yang untuk observasinya itu merogoh kocek pribadi sekitar Rp 20 juta dengan menjual kamera, kasur, kipas angin DVD plater dan barang lainnya itu iktu turun ke hutan. Ia mengikuti tim BOSF yang hendak melepas orang utan. "Perjalanannya melelahkan, hingga tiga hari tiga malam di dalam hutan agar semakin susah dijangkau manusia," kata dia. Namun bukan perjalanan itu yang membuat Rere dongkol.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ia mendapat informasi, untuk melepas orang utan saja, pihak yayasan harus membayar sewa lantaran hutan yang dipakai bekas hutan Hak Penebangan Hutan (HPH). Salah satunya di hutan Kehje Sewen, yang berarti orang utan, yayasan harus membayar sewa kepada pememgang HPH sebesar Rp 13 miliar untuk jangka waktu selama 60 tahun.

"Ini ironis sekali, kita melestarikan satwa dan mesti membayar di rumah sendiri," kata dia. Namun di hutan Bukit Batikam Kalimantan Tengah, yayasan tidak dipungut biaya karena hutan itu pengelolaannya masih dimiliki pemerintah setempat.

Pengalaman yang tak mungkin dilupakan Rere tatkala harus menyusuri hutan Kehje Sewen dengan jalan kaki dan naik sampan selama tiga malam saat mengiringi pelepasan orang utan. Saat itu apalagi musim hujan. Medan hutan banyak menyajikan rintangan. Khususnya tebing dengan kemiringan hampir 90 derajat sepanjang 2 kilometer yang mesti dilalui. Selain itu ia juga mesti menyeberangi 6 sungai berarus deras. Tidak mungkin menepi saat hujan karena kanan kiri hutan.

"Orang utannya diangkut dengan helikopter. Karena dibius dan agar tidak ngamuk lalu lepas diperjalanan," kata dia. Kapasitas heli sendiri sangat terbatas dan sewanya mahal. Satu kali sewa heli jika bukan milik TNI AU sekitar Rp 30 juta per jam. Itu untuk mengakut hanya sekitar 4-5 ekor orang utan.

Semua proses konservasi itu direkam Rere dengan segala kerterbatasan yang ada. Perempuan yang juga mendokumentasikan perjalanannya dalam buku itu mengaku hanya bermodal dua kamera (satu akhirnay dijual untuk modal) dan membawa tiga memori untuk dokumentasinya.

Meski belum berhasil mendapat gambaran tentang proses pembantaian yang menggemparkan itu, Rere mengaku puas. "Setidaknya saya tahu masih ada orang yang peduli pada orang utan meski belum mendapat dukungan penuh dari pemerintah," kata dia.

PRIBADI WICAKSONO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Nanda Jadi Kado Hari Orangutan Sedunia di Taman Safari Prigen

19 Agustus 2020

Bayi orangutan di Taman Safari Prigen Pasuruan Jawa Timur, Rabu 19 Agustus 2020. (Antara Jatim/Taman Safari Prigen/IS)
Nanda Jadi Kado Hari Orangutan Sedunia di Taman Safari Prigen

Orangutan dimanapun berada dicemaskan terdampak pandemi Covid-19 pada manusia.


Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Darth Vader Isopod dari Indonesia

14 Juli 2020

Staf dari National University Singapore (NUS) saat pertama kali menangkap Bathynomus raksasa saat ekspedisi (South Java Deep Sea) SJADES 2018 bersama Lembnaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Kredit: SJADES 2018
Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Darth Vader Isopod dari Indonesia

Darth Vader Isopod ini ditemukan dalam survei pengambilan sampel laut dalam Ekspedisi Biodiversitas Laut Dalam Selatan Jawa.


Bayi Dibuang Orangutan Diselamatkan Warga di Kotawaringin

14 Juli 2020

Misran, warga Desa Kandan Kecamatan Kota Besi, Kabupaten Kotawaringin Timur, menyerahkan bayi orangutan yang ditemukannya saat memancing di Sungai Mentayan kepada Komandan Jaga BKSDA Kalteng Pos Sampit, Muriansyah, Senin 13 Juli 2020. ANTARA/HO
Bayi Dibuang Orangutan Diselamatkan Warga di Kotawaringin

Bayi orangutan berjenis kelamin jantan, usianya diperkirakan sekitar dua bulan. Kondisinya sehat.


BBKSDA Melepasliarkan Orangutan ke Taman Nasional Gunung Leuser

7 Juli 2020

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara melepasliarkan orangutan Maria ke Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Langkat. Kredit: ANTARA/HO-BBKSDA Sumatera Utara
BBKSDA Melepasliarkan Orangutan ke Taman Nasional Gunung Leuser

Orangutan ini diselamatkan BBKSDA pada 18 Juni 2020 di Desa Bukit Mas, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.


Suaka Margasatwa Lamandau Sambut Bayi Orangutan Pertama di 2020

1 Juli 2020

Bayi orangutan Pancaran bersama induknya Pauline di kawasan Camp Pelepasliaran dan Pemantauan Gemini di Suaka Margasatwa Lamandau, Kalimantan Tengah. Kredit: ANTARA/HO-KLHK
Suaka Margasatwa Lamandau Sambut Bayi Orangutan Pertama di 2020

Pancaran merupakan bayi orangutan pertama yang lahir di Suaka Margasatwa Lamandau pada tahun 2020.


Tidur di Hutan, Makannya di Kebun, Orangutan Dibius Dievakuasi

30 Mei 2020

Orangutan saat menyantap buah-buahan usai dilepasliarkan oleh Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) di desa Sei Gohong di Palangka Raya, provinsi Kalimantan Tengah, 3 Oktober 2019. REUTERS/Willy Kurniawan
Tidur di Hutan, Makannya di Kebun, Orangutan Dibius Dievakuasi

Orangutan itu diadukan setelah memanfaatkan kebun sebagai lokasi mencari sumber makanan sehari-hari.


Anies Ajak Warga Wisata Virtual Bersama Orangutan di IG Ragunan

30 Mei 2020

Anies Baswedan mengajak warga menyaksikan orangutan Sumatera dalam wisata virtual Taman Margasatwa Ragunan. Instagram/@aniesbaswedan
Anies Ajak Warga Wisata Virtual Bersama Orangutan di IG Ragunan

Anies Baswedan mengajak warga tonton orangutan secara live di Instagram Ragunan


COVID-19, Orangutan Harus Social Distancing dari Manusia

11 April 2020

Orangutan Sumatra (Pongo abelii) menggenggam tangan petugas, sebelum ditranslokasi, di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Senin, 16 Desember 2019. Foto: Johannes P. Christo
COVID-19, Orangutan Harus Social Distancing dari Manusia

Darurat kesehatan global COVID-19 juga mengancam kehidupan kerabat terdekat manusia yaitu kera besar.


Antisipasi Corona, Pusat Rehabilitasi Orangutan BOSF Ditutup

17 Maret 2020

Seekor orangutan saat berada di sebuah pulau sebelum pelepasliaran orangutan oleh Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) di desa Sei Gohong di Palangka Raya, provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia, 3 Oktober 2019. REUTERS/Willy Kurniawan
Antisipasi Corona, Pusat Rehabilitasi Orangutan BOSF Ditutup

Hingga saat ini belum ada kasus penularan virus corona COVID-19 dari manusia ke kera.


Ulang Tahun Hope, Bayi Orang Utan di Kebun Binatang Gembira Loka

13 Maret 2020

Bayi orang utan Hope berada dalam gendongan induknya saat ulang tahun pertama di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta, Rabu 11 Maret 2020. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Ulang Tahun Hope, Bayi Orang Utan di Kebun Binatang Gembira Loka

Bayi orang utan Hope berulang tahun di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta pada Rabu, 11 Maret 2020.