TEMPO.CO, Banda Aceh - Gempa menjelang subuh yang terjadi di Aceh, Selasa, 22 Januari 2013, disebabkan oleh pergerakan sesar Sumatera. Gempa berpusat di darat. Peneliti Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC)–Universitas Syiah Kuala, Ibnu Rusdy, mengatakan, gempa yang menguncang Aceh berbeda dengan gempa-gempa sebelumnya.
“Kalau sebelumnya kita sering merasakan gempa di zona subduksi, seperti gempa 26 Desember 2004 dan gempa di kerak samudra, gempa tadi bersumber di darat akibat pergerakan sesar Sumatera,” ujarnya.
Ibnu mengatakan, pusat gempa berada di sekitar Kecamatan Mane dan Geumpang, Kabupaten Pidie. Hal ini sesuai dengan data yang dirilis dari USGS (United State Geological Survey). Gempa pertama pada pukul 05.22 WIB dengan kekuatan 6,0 skala Richter (SR) berpusat di 4.961 derajat Lintang Utara (LU) dan 96.083 derajat Bujur Timur (BT) dengan kedalaman 16 kilometer.
Adapun gempa susulan, terjadi pada pukul 05.48 WIB, dengan kekuatan 5,1 SR berpusat di 5.009 derajat LU dan 96.039 derajat BT dengan kedalaman 14 Kilometer. “Lokasinya berada di sekitar Mane dan Geumpang, Pidie,” kata Ibnu. Jarak melalui jalan darat Banda Aceh ke Kecamatan Mane sekitar 155 kilometer.
Keterangan ini berbeda dengan data dari situs Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika yang menyatakan gempa berlokasi di 5,49 derajat LU dan 95,21 derajat BT (gempa pertama) dan gempa kedua terjadi pada 5,58 derajat LU dan 95,18 derajat BT, atau sekitar 15 kilometer barat daya Kota Banda Aceh. “Mungkin nanti BMKG akan memperbaiki data tersebut,” ujar peneliti yang tergabung dalam Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) Aceh itu.
Menurut Ibnu, karena lokasi pusatnya di sekitar Kecamatan Mane dan Geumpang, maka kerusakan parah terjadi di sana.
Ketua Divisi Riset TDMRC, Syamsidik, mengatakan, berdasarkan penjelasan tentang gempa sesar serta potensi peristiwa yang sama pada masa yang akan datang, maka perlu upaya mitigasi bencana gempa bumi yang bersumber di darat. “Salah satu bentuk mitigasi bencana gempa bumi tersebut adalah dengan memperhatikan cara-cara pendirian bangunan yang relatif lebih tahan terhadap gempa bumi,” ujarnya.
ADI WARSIDI