TEMPO.CO , Jakarta:Hadirnya kurikulum baru yang mulai berjalan pada Juli 2013 ternyata sempat disesali oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh. "Saya menyesal karena anak saya sudah besar," ujar dia dalam kunjungan ke kantor Tempo, Rabu, 26 Desember 2012.
Anaknya yang sudah beranjak dewasa, tidak bisa menikmati perubahan mendasar terhadap sistem pendidikan di Indonesia. Disebut mendasar karena kurikulum 2013 akan banyak berisi materi pelajaran yang bisa mendorong anak-anak Indonesia lebih baik dalam bersikap, lebih kreatif dan tentunya lebih membuka pengetahuan. "Masak model-model pendidikan seperti ini hanya bisa dinikmati siswa sekolah elit saja," ujar Nuh dengan logat Surabaya yang medok.
Sekolah elit yang dimaksud Nuh merujuk pada sekolah-sekolah yang sudah menyerap kurikulum internasional seperti The International Baccalaureate (IB). Kurikulum 2013 memang mengacu pada model pendidikan macam itu. "Biar yang sekolah negeri juga bisa," kata Mantan Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ini.
Untuk mempersiapkan itu, Kementerian sudah merancang pelatihan guru, menyiapkan buku dan juga tentunya pedoman kurikulum. "Semua beban tidak boleh ada di tangan masyarakat, pemerintah yang nanggung," kata Nuh.
Guru-guru siap dilatih mulai Maret 2013. Khususnya para pengajar kelas 1,4,7 dan 10 yang mengalami pergantian kurikulum pertama kali. Buku pun siap disebarkan sebelum tahun ajaran baru di 2013. Tahun depan, Kementerian akan membuka tender soal pengadaan buku ini.
Kalau ditanya apakah sudah siap semua, Nuh berujar : "Nggak ada jawaban itu, kecuali disiapkan." Maksudnya semua berjalan bertahap sambil melakukan monitoring dan evaluasi.
DIANING SARI