TEMPO.CO, Jakarta--Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan memiliki khas: celana bahan hitam dan kemeja putih yang digulung. Di ruangannya Kementerian BUMN lantai 19, ia menerima beberapa siswa Sekolah Menengah Taruna Nusantara Magelang, yang sudah menunggu sejak subuh.
Koran Tempo edisi Ahad, 23 Desember 2012, memotret Dahlan seharian. Ruangan Dahlan begitu ramai. Seperti tidak ada larangan bagi orang luar untuk masuk. Ketika ada dua tamu menanyakan di mana ajudan sang menteri, malah ditertawai. "Memangnya kantor dinas?" celetuk seseorang di sana.
Pagi itu Dahlan menyantap bubur gandum. Bukan karena bubur adalah favoritnya, melainkan lantaran istrinya, Nafsiah Sabri, sedang pergi ke Kalimantan. Karena itu, tidak ada yang memasak untuknya. Yang membuatkan bubur itu adalah sopirnya, Sahidin. "Makan bubur sama air putih, cukup," kata Dahlan, yang makan bubur sambil berjalan menuju lantai 21 kantornya.
Ia menghadiri acara BUMN Peduli Pendidikan yang bertajuk "Apresiasi Guru dan Siswa Berprestasi di Wilayah Terpencil, Pulau Terluar, dan Perbatasan Indonesia", di kantor BUMN sendiri. Dalam acara itu, Dahlan menolak memberi pidato. Ia mengatakan kepada peserta bahwa pidato itu kini sudah basi. Ia lebih banyak bercerita dan melakukan tanya jawab.
Dahlan memang alergi terhadap hal-hal yang birokratis. "Saya memang menteri urakan," katanya sembari tertawa. Bagi Dahlan, dalam bekerja yang penting adalah totalitas. Ketika menjadi wartawan, ia sama sekali tidak memikirkan amplop, kesehatan, ataupun gaji. Karena itu, dia jatuh sakit. Yang penting buat dia adalah berita eksklusif, yang bisa "menipu" koran harian yang dia anggap sebagai pesaing.
HERU TRIONO