TEMPO.CO, Jakarta - Pengacara senior Todung Mulya Lubis mengatakan, sampul depan majalah Tempo yang memuat gambar Mallarangeng bersaudara edisi 17-23 Desember 2012 merupakan bagian dari dinamika demokrasi.
“Kalau dalam isi tulisannya tidak berniat menggambarkan kebencian, tidak masalah,” ujarnya ketika dihubungi Tempo, Rabu, 18 Desember 2012.
Menurut Todung, gambar yang termuat di sampul media itu adalah karya artistik yang bersifat kritis. “Hal itu sudah menjadi semacam konvensi dan kebiasaan yang ditafsirkan sinikal,” kata dia.
Ia mencontohkan karya jurnalistik di Amerika Serikat yang mengkritik mantan presiden Bill Clinton dan George W. Bush. “Kurang dihina apa mereka? Baik di acara talkshow atau di media cetak,” ujar Todung.
Ekspresi jurnalistik tersebut, menurut Todung, adalah harga yang harus dibayar mahal oleh tokoh masyarakat. “Tidak boleh cepat-cepat tersinggung dan tidak usah dipersoalkan,” Todung mengatakan.
Sebelumnya, Todung mengomentari perihal sampul majalah Tempo melalui akun pribadinya di media sosial Twitter @TodungLubis. Dari sejumlah kicaun yang disampaikannya, berikut salah satunya: “Dalam setiap cover majalah ada prinsip kebebasan jurnalistik dan kebebasan artistik. Keduanya musti dihormati”.
Rizal Mallarangeng keberatan dengan gambar sampul itu. Menurutnya, gambar itu dengan sengaja berniat mempengaruhi pikiran orang lain, bahwa Mallarangeng bersaudara memegang uang.
Sampul majalah Tempo menggambarkan Andi Alifian Mallarangeng, Rizal Mallarangeng, dan Andi Zulkarnaen Mallarangeng selayaknya sedang memancing. Tiga Mallarangeng itu sedang berdiri di atas perahu. Alifian dan Rizal membopong gulungan besar uang pecahan US$ 100, sedangkan Zulkarnaen mengangkat bungkusan berlambang mata uang poundsterling.
SATWIKA MOVEMENTI