TEMPO.CO, Yogyakarta - Aktivis perlindungan hewan Jakarta Animal Aid Network (JAAN) dan Animal Friends Jogja (AFJ) mengkampanyekan perlindungan terhadap lumba-lumba, Senin, 10 Desember 2012. Pada aksinya, mereka mengusung patung lumba-lumba untuk menarik perhatian pengguna jalan di depan komplek kantor Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dua patung lumba-lumba dari bahan resin diletakkan di atas trotoar dengan posisi berenang, tapi ekornya terikat rantai dengan bandul besi. Suara mencicit lumba-lumba terdengar dari tiga pengeras suara. Satu unit monitor LCD menampilkan videografi kehidupan lumba-lumba, mulai dari penangkaran hingga menjadi hewan tontonan di arena sirkus.
Ada dua pertunjukan menggunakan lumba-lumba yang digelar di Yogyakarta, yakni di Pasar Malam Sekaten dan Lapangan Denggung Sleman. “Lumba-lumba itu dipaksa tampil sampai lima kali dalam sehari. Padahal, acara itu digelar selama masing-masing 58 hari dan 30 hari. Ini jelas penyiksaan dengan dalih hiburan dan pendidikan," kata Program Manager Animal Friend Jogja, Angelina Pane .
Pertunjukan sirkus itu seringkali dianggap legal karena pengelola sirkus mensiasati Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dengan dalih pendidikan. “Jika pendidikan yang ditawarkan, seharusnya ada muatan informasi yang benar kepada publik tetang keberadaan lumba-lumba. Juga tidak menggunakannya dalam suatu pertunjukan berulang-ulang,” kata koordinator Jakarta Animal Aid Network, Pramudya Harzani.
Angelina Pane mengatakan, Yogyakarta sebagai kota pendidikan dan tujuan wisata terus menjadi pasar potensial para korporat sirkus satwa berbagai daerah mengeruk untung lewat atraksi lumba-lumba. “Yogyakarta adalah Kota Pendidikan. Jangan mau pemerintah dibodohi dengan aksi pembodohan ini. Kami meminta izin pertunjukan dicabut atas nama perlindungan satwa,” kata dia.
Dalam aksi itu, para aktivis pun menyampaikan surat kepada Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X berisi penolakan atraksi lumba-lumba di DIY. Surat itu disertai testimoni dukungan dari 90 ribu tandatangan masyarakat di berbagai wilayah Indonesia.
Menurut Pramudya Harzani, maraknya sirkus lumba-lumba memicu perburuan liar lumba-lumba di perairan Laut Jawa, terutama sekitar pulau Karimun Jawa. “Sekitar 90 persen lumba-lumba yang dipakai sirkus di Indonesia dari Karimun Jawa,” katanya. Ini bukan aksi pertama soal ini di Yogya.
PRIBADI WICAKSONO
Berita terpopuler lainnya:
Andi Mallarangeng Terkenal Kikir
Apa Untungnya Kalau Rhoma Irama Jadi Presiden
Bupati Aceng Nikahi Shinta, Pestanya Meriah
Abraham Sebut Andi Mallarangeng Kesatria Bugis
Jasad Perawat Kate Middleton Akan Dibawa ke India