Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Penerbangan Berujung Maut  

Editor

Pruwanto

image-gnews
Harimau Sumatera (panthera tigris sumatrae). ANTARA/FB Anggoro
Harimau Sumatera (panthera tigris sumatrae). ANTARA/FB Anggoro
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Tengku Agam seharusnya sedang menikmati rumah barunya di kebun binatang Jawa Timur Park 2 di Kota Batu, Jawa Timur. Berendam di kolam, tidur-tiduran, bahkan berkenalan dengan harimau sumatera lainnya. Namun, takdir berkehendak lain. Ajal keburu menjemput nyawa harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) jantan berumur 8 tahun itu.

Si raja rimba itu diduga kuat mengembuskan napas terakhir di dalam kargo pesawat Garuda Indonesia saat diterbangkan dari Banda Aceh menuju Surabaya, awal Oktober 2012.

"Garuda mengklaim sudah sesuai prosedur, tapi kok harimaunya mati?" kata Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan, Darori, Rabu pekan lalu. Ia menyayangkan matinya Agam yang masih muda dan produktif.

Hari itu, Selasa, 2 Oktober 2012, Agam rencananya ditranslokasi dari kandang pemeliharaan sementara di kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh di Banda Aceh menuju Jawa Timur Park 2 (Jatim Park 2) di Batu, Jawa Timur. Agam akan bergabung dengan seekor harimau jantan, dua betina, dan dua anakan harimau yang sudah ada di sana.

Sesungguhnya momen ini tepat. Jatim Park 2 membutuhkan tambahan harimau. Pada saat bersamaan, sudah waktunya bagi Agam melepas kesendirian.

Setahun terakhir ini, harimau berbobot sekitar 90 kilogram itu harus mendekam di balik terali besi. Ia pernah berbuat "kesalahan" fatal: memasuki pekarangan penduduk dan memakan manusia.

Agam ditangkap petugas BKSDA Aceh, bekerja sama dengan Yayasan Leuser Internasional dan Wildlife Conservation Society, di kawasan Desa Panton Luas, Kecamatan Tapaktuan, Kabupaten Aceh Selatan pada 26 November 2011. Petugas memutuskan untuk tidak melepasnya kembali ke hutan lantaran dikhawatirkan akan kembali memangsa manusia.

"Tapi bagaimanapun tetap harus dilepaskan supaya hajat hidupnya terpenuhi," ujar sumber Tempo. Agam adalah harimau remaja yang sudah matang secara seksual dan butuh menyalurkan kebutuhan biologis.

Untuk memindahkannya ke lokasi baru, Agam menumpang pesawat Garuda GA 0143 pada pukul 09.00 dari Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh. Kucing besar berstatus terancam punah itu dibikin setengah sadar dan dimasukkan ke kandang angkut dari baja.

Kandang abu-abu itu ukurannya pas-pasan. Hanya muat untuk selonjoran. Pintunya ada dua, satu untuk masuk, yang lain untuk keluar. Sisi-sisinya dilubangi untuk ventilasi. Bagian bawahnya dilapisi kayu sebagai alas.

"Kondisi harimau saat itu sehat dan fit. Terbukti masih ada gerakan liar dan benturan dari dalam kandang," kata sumber Tempo. Agam berangkat didampingi petugas dari BKSDA Aceh, dokter hewan dan pawang dari Jatim Park 2. Agam juga ditemani dua ekor binturong dan seekor siamang dengan lokasi tujuan yang sama.

Perjalanan Agam menuju Surabaya, yang dijadwalkan transit di Medan dan Jakarta, ternyata tak pernah sampai ke tujuan. Agam bahkan tak pernah meninggalkan Pulau Sumatera. Ketika pesawat transit di Bandara Polonia, Medan, Agam dan ketiga hewan lainnya diturunkan paksa karena ada keluhan dari penumpang.

"Harimau itu banyak kencing, bau pesing masuk ke kabin," ujar Manajer Senior Media Garuda Indonesia Ikhsan Rosan, saat dikonfirmasi.

Tak diketahui apakah Agam masih hidup ketika diturunkan dari pesawat di Medan. Kejadian itu juga tidak dilaporkan kepada tiga petugas pendamping satwa. Padahal, pesawat transit di Polonia selama 40 menit. Petugas baru dihubungi pihak Garuda setibanya di Jakarta pada pukul 13.00.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Direktur Penyidikan dan Perlindungan Hutan Kementerian Kehutanan, Raffles Brotestes Panjaitan, menyayangkan respons terlambat dari Garuda. Situasi itu sangat riskan karena Agam terbengkalai di ruang penyimpanan kargo bandara selama beberapa jam tanpa perawatan. "Kenapa menurunkan barang tetapi pemilik tidak diberi tahu?" ujarnya.

Entah apa pertimbangan Garuda, secara sepihak Agam dikirim kembali ke Banda Aceh dengan pesawat GA 0146. Sumber Tempo memastikan, proses unloading (penurunan), penyimpanan sementara di bandara di Medan, sampai pengangkutan dan pengiriman kembali ke Aceh dilakukan tanpa kontrol dan sepengetahuan pendamping maupun petugas BKSDA setempat.

Kejanggalan terlihat pada saat pesawat tiba pukul 16.30 di Banda Aceh. Ketika berangkat, Agam dimasukkan ke dalam Kompartemen 1 khusus untuk satwa hidup, namun ketika kembali ke Aceh, Agam diturunkan dari Kompartemen 3. Ini kali pertama Garuda bongkar-muat hewan hidup dari kompartemen yang biasa untuk mengangkut koper penumpang itu. "Tidak ada benturan atau gerakan dari dalam kandang saat diturunkan," ujar sumber Tempo.

Agam dipastikan mati saat petugas BKSDA Aceh membongkar kandang pukul 20.00. Pemeriksaan fisik oleh dokter hewan di Universitas Syah Kuala, Aceh, menunjukkan rahang atas bagian kanan mengalami pendarahan, memar, dan bengkak. Pendarahan juga dijumpai pada mata, gusi, dan lidah bagian kanan. Siku kaki kanan depan bengkak dan persendiannya lepas. "Kaki kucing atau harimau itu paling lentur dan kuat, kok bisa copot?" kata sumber.

Kematian Agam terasa ganjil lantaran ketiga hewan lainnya masih sehat walafiat. Penyebab kematian Agam masih simpang siur.

Raffles mengatakan, dugaan sementara tim penyelidik kementerian menyebutkan Agam mati saat penerbangan dari Aceh ke Medan. Agam yang stres di dalam pesawat mengalami hipoksia. Ia pun meronta hebat dalam kandang sempit karena efek tercekik saat kesulitan bernapas dan kekurangan oksigen. Pada saat itulah tubuhnya membentur kandang hingga babak belur.

Hal serupa juga dapat terjadi ketika Agam diterbangkan kembali ke Aceh. Apalagi, Agam ditempatkan dalam Kompartemen 3 tanpa fasilitas suplai oksigen dan pengatur suhu ruangan. Harimau itu dapat mengalami hipoksia karena perubahan lingkungan ekstrem dan hipotermia hingga mati beku.

Dugaan lain menyebut Agam mati saat transit di Medan. Rangka kandang Agam diketahui bengkok dan plat bajanya penyok dari arah luar. Ini bisa terjadi jika kandang jatuh dari pesawat karena penurunan yang kurang hati-hati. Ditambah area kargo bandara dinilai terlalu panas bagi Agam yang terkunci dalam kandang baja sempit. "Harimau diduga mengalami heat stroke yang diperparah kondisi stres," kata Raffles.

Hingga hari ini kementerian belum memperoleh penjelasan resmi dari Garuda. Padahal, kementerian sudah melayangkan surat dua pekan lalu. Pihak Garuda pun belum banyak berkomentar.

Ikhsan mengatakan penyelidikan internal sedang dilakukan Garuda, terutama untuk memastikan informasi dari petugas maskapai di Banda Aceh dan Medan. "Kami belum bisa kasih informasi hasilnya seperti apa," ujarnya.

MAHARDIKA SATRIA HADI

Berita Terpopuler
Krisis Kiper, Nilmaizar Pusing

Latih Chelsea, Benitez Kembali Diejek

Ditahan Laos, Pemain Timnas Fokus ke Laga Berikut

Jefrey, Koki di Bui Australia

Telepon Disediakan di Bui Port Philip

Rekreasi Ala Bui Port Philip Australia 3

Rekreasi Ala Bui Port Philip Australia 2

Rekreasi Ala Bui Port Philip, Australia I

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Wanita India Bergulat Lawan Harimau Pakai Tongkat Lalu Berselfie

6 April 2018

Wanita di India Selamat Dari Terkaman Harimau
Wanita India Bergulat Lawan Harimau Pakai Tongkat Lalu Berselfie

Seorang wanita India bertarung melawan Harimau dengan bersenjatakan tongkat, selamat lalu berselfie dengan luka di sekujur tubuh.


Anak Harimau Sumatera yang Ditemukan di Bengkalis Akhirnya Mati

27 Mei 2017

Seekor anak harimau sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) yang ditemukan warga dalam kondisi lemas di kebun karet Desa Apiapi, Kecamatan Bukit Batu, Bengkalis akhirnya mati setelah mendapat perawatan medis di Klinik Hewan BBKSDA Riau, 26 Mei 2017. Harimau disebut mengalami dehidrasi berat dan mal nutrisi yang membuat komplikasi di beberapa bagian tubuh. TEMPO/Riyan Nofitra
Anak Harimau Sumatera yang Ditemukan di Bengkalis Akhirnya Mati

Sehari setelah ditemukan pada 24 Mei lalu, anak Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae)akhirnya mati karena dehidrasi berat dan malnutrisi.


Kematian Harimau Sumatera Diselidiki, Kuburannya Digali Lagi

27 Mei 2017

Dokter dan petugas terkait memeriksa kondisi seekor harimau Sumatera (panthera tigris sumatrae) yang sudah dibius, di hutan produktif kawasan perbukitan Timbulun Aia Tajun, Sumatera Barat, 11 Juni 2016. Harimau tersebut masuk perangkap besi milik Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). ANTARA/Masrian
Kematian Harimau Sumatera Diselidiki, Kuburannya Digali Lagi

Ditemukan bukti-bukti bagian tubuh harimau, seperti alat kelamin, kumis dan kulit diambil warga setelah dibunuh dengan tombak dan golok.


Cerita Warga Bengkalis Temukan Seekor Anak Harimau di Kebun Karet

27 Mei 2017

Umat Hindu memercikan air suci pada seekor anak Harimau puith saat ritual Tumpek Kandang di Bali Zoo, 3 Oktober 2015. Ritual Tumpek Kandang dilaksanakan untuk mendoakan agar hewan tersebut dapat berkembang dengan baik, harmonis, terjaga kelestariannya dan memberi manfaat positif bagi manusia. TEMPO/Johannes P. Christo
Cerita Warga Bengkalis Temukan Seekor Anak Harimau di Kebun Karet

Anak harimau yang ditemukan lemah itu tidak sakit, hanya mengalami dehidrasi yang cukup berat dan terdapat luka di tubuhnya.


Harimau Sumatera Masuk Kampung, Warga Panik, BBKSD: Numpang Lewat  

24 Mei 2017

Seekor harimau Sumatera beristirahat di kandang barunya di kebun binatang San Diego Wild Animal Park, San Pasqual Valley, Amerika Serikat (21/5).  REUTERS/Mike Blake
Harimau Sumatera Masuk Kampung, Warga Panik, BBKSD: Numpang Lewat  

Harimau Sumatera yang masuk permukiman warga di Indragiri Hilir mulai menyerang ternak, bahkan mengejar warga yang melintas.


Harimau 'Bertamu' di Tengah Permukiman, Warga Indragiri Hilir Resah  

24 Mei 2017

Harimau Sumatera. AP/WWF-Indonesia/PHKA
Harimau 'Bertamu' di Tengah Permukiman, Warga Indragiri Hilir Resah  

Seekor harimau Sumatera (panthera tigris sumatrae) masuk ke tengah permukiman warga Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau.


Tiga Anak Harimau Sumatera Lahir di Taman Margasatwa Bukittinggi

3 Mei 2017

Simanis (13) induk harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) bersama dua dari tiga anaknya yang berumur 25 hari di Taman Marga Satwa Medan, Sumut. ANTARA/Irsan Mulyadi
Tiga Anak Harimau Sumatera Lahir di Taman Margasatwa Bukittinggi

Salah satu Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) koleksi Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Kota Bukittinggi,melahirkan tiga anak.


Klinik untuk Harimau Sumatera Dibangun di Bengkulu

31 Maret 2017

Ilustrasi harimau Sumatera. dok. TEMPO
Klinik untuk Harimau Sumatera Dibangun di Bengkulu

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung memulai proses pembangunan klinik harimau Sumatera (Phantera tigris sumatra).


Populasi Harimau Indonesia Terkikis 70 Persen dalam 25 Tahun  

31 Juli 2016

Dokter dan petugas terkait mengevakuasi  seekor harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) yang sudah dibius, di hutan produktif kawasan perbukitan Timbulun Aia Tajun, Sumatera Barat, 11 Juni 2016.  ANTARA/Masrian
Populasi Harimau Indonesia Terkikis 70 Persen dalam 25 Tahun  

Saat ini populasi harimau di Indonesia hanya 300-400 ekor.


Konflik Harimau dengan Warga Sumatera Barat Sering Terjadi

12 Juni 2016

Dokter dan petugas terkait mengevakuasi  seekor harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) yang sudah dibius, di hutan produktif kawasan perbukitan Timbulun Aia Tajun, Sumatera Barat, 11 Juni 2016.  ANTARA/Masrian
Konflik Harimau dengan Warga Sumatera Barat Sering Terjadi

Sejak awal 2016, setidaknya terjadi tiga kasus konflik karena harimau memakan tumbuhan di ladang, juga memangsa sapi warga.