TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Ari Dwipayana, meminta para calon presiden alternatif tak sungkan menunjukkan keseriusan maju dalam pemilihan presiden 2014 mendatang. Meski belum tentu mendapat dukungan partai politik, kehadiran mereka dalam bursa calon presiden diyakini akan memunculkan perdebatan politik yang sehat.
"Kandidat alternatif jangan lagi malu-malu mencalonkan diri," kata Ari saat dihubungi Tempo, Ahad, 25 November 2012.
Sikap tertutup para calon, kata Ari, misalnya terlihat dari pernyataan-pernyataan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud Md. Dalam berbagai kesempatan, nama Mahfud sering digadang-gadang sejumlah komunitas untuk dicalonkan sebagai presiden pada 2014 mendatang. Sayangnya, Mahfud selalu berkilah dan terkesan menolak.
Saat berbincang dengan Tempo, Jumat lalu, 23 November 2012, Mahfud juga masih terkesan malu. Saat ditanya apakah dia berniat maju dalam pemilihan presiden mendatang, Mahfud hanya berkilah, "Saya tidak mengatakan tidak, tapi tidak juga mengatakan iya."
Mahfud merasa peluang untuk maju sebagai calon presiden sangat kecil. Alasannya, tidak mungkin ada partai yang dengan rela memberikan kesempatan menjadi orang nomor satu itu pada orang yang bukan kader partai.
Ia juga mengklaim tak memiliki cukup uang untuk membeli dukungan partai. "Saya cukup tahu diri dan tahu potongan. Saya tidak ada jahitan menjadi presiden atau calon presiden," kata dia. Meski begitu, Mahfud pun mahfum tingkat keterpilihannya di publik lumayan tinggi. Bahkan bersaing dengan tokoh beberapa partai.
Ari tak sependapat dengan Mahfud. Menurut dosen Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik UGM ini, Mahfud seharusnya tak perlu malu menunjukkan niatnya menjadi presiden. Sikap terbuka itu akan memudahkan partai tertentu untuk menyusun strategi mengusung Mahfud.
Sikap terbuka ini, kata Ari, juga harus dilakukan oleh calon alternatif mana pun untuk berebut kursi RI-1. Pernyataan terbuka juga tak boleh disampaikan berdekatan dengan masa pemilu atau pemilihan presiden karena akan menyulitkan untuk mengukur elektabilitas. "Bilang saja pada publik bahwa 'saya mau maju'. Tak usah terlalu sungkan untuk menjaga citra."
Pernyataan secara terbuka juga berguna untuk meyakinkan publik dalam memberikan dukungan. Jika dukungan publik semakin kuat, otomatis akan ada partai yang menyatakan kesediaan mengusung salah satu calon alternatif. "Kebutuhan publik akan mendorong partai dalam menentukan pilihan politik."
IRA GUSLINA SUFA