TEMPO.CO, Jakarta - Sekolah Menengah Atas Negeri Unggulan MH Thamrin di Cipayung, Jakarta Timur, mengklaim diri sebagai satu-satunya sekolah di Indonesia yang punya tiga kurikulum ajar. Tiga kurikulum itu disiapkan untuk mencetak lulusan terbaik agar berguna bagi Indonesia.
"Kami punya tiga kurikulum, standar isi, Cambridge, dan Olimpiade," ujar Humas SMA MH Thamrin, Nani Asri Setiani, kepada Tempo, Rabu, 21 November 2012. Kurikulum standar isi yang juga didapatkan siswa setingkat SMA lainnya dipadatkan. "Materi untuk tiga tahun dipadatkan jadi setahun," ujarnya.
Pada tahun kedua dan ketiga, para siswa sekolah ini mempelajari kurikulum internasional dan cetakan juara. "Kurikulum Cambridge kami pakai sesuai standar internasional," ujarnya mengacu pada sebuah universitas terkenal di Amerika Serikat. Sekolah yang didirikan pada 2009 ini memang bertujuan meluluskan siswa-siswanya ke perguruan tinggi favorit, baik di dalam maupun luar negeri.
Ada cerita menarik soal pelaksanaan ujian kurikulum Cambridge. Rupanya, seluruh dunia memakai materi ujian yang sama dan dilaksanakan secara serentak setelah soal yang dirilis langsung oleh University of Cambridge dikeluarkan. Karena waktu ujian di seluruh dunia tak serentak, para guru harus mengurung mereka selepas tes.
"Harus disterilkan di ruangan tanpa alat komunikasi," ujarnya. Hal itu berlaku juga bagi siswa yang memakai kurikulum Cambridge di seluruh dunia. "Kalau tak steril, nanti mereka buat status (Facebook, Twitter) tentang ujian. Bisa bocor soalnya," ujarnya.
Sekolah seluas 3,7 hektare dengan fasilitas super lengkap ini baru meluluskan satu angkatan. Sebanyak delapan dari 57 siswa diterima di perguruan tinggi bergengsi di Singapura dan Cina. "Sisanya masuk ITB, UI, dan UGM," ujarnya.
Namun butuh kocek tebal buat bersekolah di sini. Uang pangkalnya mencapai Rp 30 juta per tiga tahun. Sementara itu, para siswa juga diwajibkan tinggal di asrama yang berbiaya Rp 2,5 juta per bulan per siswa. "Mereka hanya pulang dua kali sebulan," ujarnya.
Biaya besar itu dibutuhkan karena anggaran yang diberikan pemerintah tak cukup untuk mensubsidi kebutuhan sekolah. "Kami kan juga harus datangkan guru yang sesuai standar kurikulum internasional," ujarnya. Diakuinya, untuk gaji guru saja, butuh biaya tinggi. Meski ia, yang memegang mata pelajaran sejarah di sekolah ini, menolak untuk memberi kisaran pendapatan guru di SMA Thamrin.
Rico, 15 tahun, siswa kelas dua sekolah ini, menyatakan senang bisa belajar di sini. "Tingkat kompetisinya tinggi," ujarnya. Menurut dia, sistem asrama yang membatasinya dari dunia luar membikin konsentrasi belajarnya terpacu.
"Apalagi dibantu dengan fasilitas yang sangat lengkap," ujar siswa yang bercita-cita melanjutkan sekolah di perguruan tinggi di luar negeri ini. "Nanti berani bersainglah," ujarnya yakin.
M. ANDI PERDANA
Berita lain:
Jokowi Siap Kasih Rp 15 Miliar ke Kelurahan, Tapi...
Ahok Jawab Kritikan: Pencitraan Nenek Lo...
Diminta Jokowi Naikkan Anggaran, Lurah Grogi
Basuki Ahok Minta Diajari Hitung Premi Askes
Jokowi Tetapkan UMP DKI Rp 2,2 Juta