Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Diduga Akibat Kekerasan Aparat, Rezza Meninggal

Editor

Pruwanto

image-gnews
AP/Lai Seng Sin
AP/Lai Seng Sin
Iklan

TEMPO.CO , Yogyakarta:Rezza Eka Wardhana, 16 tahun, warga Kabupaten Gunungkidul di Yogyakarta yang koma diduga korban kekerasan polisi saat malam takbir Idul Adha lalu, meninggal di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Sabtu 3 November 2012. Rezza meninggal sekitar pukul 15.00 WIB setelah sepekan koma. Selama sakit ia harus menggunakan alat bantu pernafasan dan pendarahan hebat bagian otak kepalanya.

Rezza merupakan pelajar yang mengalami kecelakaan saat malam takbir Kamis 25 Oktober 2012 di sekitar alun-alun Wonosari. Informasi yang berkembang ada dua versi. Versi polisi, Rezza terjatuh saat menerobos jalan yang dijaga guna menghindari tawuran. Namun versi laporan elemen masyarakat Gunung Kidul Corruption Watch (GCW) kepada Komisi Nasional Perlindungan Anak, Rezza mendapat kekerasan oknum polisi yang berjaga.

Setelah Rezza meninggal, ratusan pelayat dari sejawat, keluarga, dan kerabat mendatangi ruang Intermediate Care (IMC) RS Bethesda, tempat pelajar kelas I SMA Dominikus Wonosari itu dirawat. "Setengah jam sebelumnya sudah lemah nafasnya," kata nenek korban, Yukadaru Dewi.

Dewi mengatakan sejak masuk ruang IMC RS Bethesda Jumat lalu, kondisi cucunya sangat labil dan kritis. Menurut keterangan dokter selama dirawat, anak itu gagal nafas atau sistem pernafasannya sudah tak bisa berjalan normal. Korban hanya bisa bernafas berkat bantuan alat pernafasan.

Untuk mengetahui penyebab kematian Rezza, Dewi mengatakan keluarga hanya bersedia otopsi bagian luar saja. Otopsi dalam dengan pembedahan jenazah korban, keluarga tidak mau. "Maunya otopsi luar," kata dia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ayah korban, Nugroho, mengatakan masih belum mengambil sikap apapun termasuk pengusutan.  "Kami mau urus Rezza dulu," kata dia.

Kepala Ruang IMC Bethesda Andreas Budi Kristanto belum bisa memberi keterangan lebih lanjut terkait penyebab pasti meninggalnya anak itu. Alasannya itu kewenangan dokter yang merawat korban.

PRIBADI WICAKSONO

Berita Terpopuler
Istana: Tak Ada Barter Tangguh dan Gelar Ksatria 

Dahlan Iskan: Ada Sekitar 10 ''Pemeras'' BUMN 

KPK Kantongi Bukti Aliran Dana Hambalang 

Di Balik Baku Tembak Polisi dan Teroris Poso

Tiga Teroris Poso Diduga Bunuh Polisi Tamanjeka

RUU Ormas Ancam Kelompok Arisan Sampai Kotak Amal

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Komnas HAM Catat Ada 12 Peristiwa Kekerasan di Papua pada Maret-April 2024

6 hari lalu

Front Mahasiswa Anti Kekerasan Papua menggelar Aksi didepan gedung Komnas HAM RI, di Jakrta, Jumat 3 Maret 2023. Aksi ini sebagai bentuk Solidaritas rakyat Papua Wamena terhadap Pelanggaran HAM yang di perbuat oleh TNI/POLRI dan menuntut usut penembakan di Wamena yang mengakibatkan 9 orang meninggal. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Komnas HAM Catat Ada 12 Peristiwa Kekerasan di Papua pada Maret-April 2024

Komnas HAM mendesak pengusutan kasus-kasus kekerasan yang terjadi di Papua secara transparan oleh aparat penegak hukum


Prajurit Siksa Warga Papua, Kapuspen: TNI Bukan Malaikat

22 hari lalu

Kapuspen TNI Mayjend Nugraha Gumilar (kedua dari kiri), Panglima Daerah Militer XVII/Cenderawasih Mayjend Izak Pangemanan (ketiga dari kiri), Kadispenad Brigjen Kristomei Sianturi (paling kanan) dalam konferensi pers video viral penganiayaan warga Papua oleh anggota TNI di Subden Mabes TNI, Jakarta Pusat, pada Senin, 25 Maret 2024. Tempo/Yohanes Maharso
Prajurit Siksa Warga Papua, Kapuspen: TNI Bukan Malaikat

Kapuspen TNI menyebut jumlah anggota TNI ribuan, sedangkan yang melakukan penyiksaan hanya sedikit.


Amnesty International: Penganiayaan di Papua Berulang karena Pelaku Tak Pernah Dihukum

28 hari lalu

Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid bersama Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Trisakti saat pembacaan 'Maklumat Trisakti Lawan Tirani' di Tugu Reformasi 12 Mei, Jakarta, Jumat, 9 Febuari 2024. Para civitas academica yang terdiri dari guru besar, pengajar, mahasiswa, karyawan dan alumni Universitas Trisakti yang memegang teguh nilai-nilai etik kebangsaan, demokrasi, dan hak asasi manusia, kekhawatiran atas matinya Reformasi dan lahirnya tirani sepakat mengeluarkan maklumat. TEMPO/Joseph.
Amnesty International: Penganiayaan di Papua Berulang karena Pelaku Tak Pernah Dihukum

Amnesty Internasional mendesak dibentuknya tim gabungan pencari fakta untuk mengusut kejadian ini secara transparan, imparsial, dan menyeluruh.


KontraS Minta Panglima TNI Segera Bahas Reformasi Peradilan Militer

6 Oktober 2021

Pegiat HAM Desak Revisi Peradilan Militer
KontraS Minta Panglima TNI Segera Bahas Reformasi Peradilan Militer

Hasil pemantauan KontraS selama Oktober-2021-September 2021 menunjukkan reformasi peradilan militer jalan di tempat.


Serial Netflix Populer Ungkap Pelecehan yang Terjadi di Militer Korea Selatan

16 September 2021

Gambar tangkapan video menunjukkan adegan serial Netflix berjudul
Serial Netflix Populer Ungkap Pelecehan yang Terjadi di Militer Korea Selatan

Serial Netflix Deserter Pursuit memicu perdebatan tentang militer Korea Selatan karena menceritakan pelecehan dan kekerasan selama wajib militer.


2 Anggota Lakukan Kekerasan ke Warga Papua, TNI AU Minta Maaf

27 Juli 2021

Ilustrasi TNI. ANTARA
2 Anggota Lakukan Kekerasan ke Warga Papua, TNI AU Minta Maaf

TNI AU menyatakan penyesalan dan meminta maaf atas insiden dua anggotanya yang melakukan kekerasan terhadap seorang warga Papua di Merauke.


Jokowi Diminta Investigasi Kasus Kekerasan di Paniai Papua

5 Juli 2018

Jokowi. Youtube Antara
Jokowi Diminta Investigasi Kasus Kekerasan di Paniai Papua

Amnesti Internasional Indonesia meminta Jokowi membentuk tim investigasi guna mengungkap kasus kekerasan yang terjadi di Paniai, Papua.


Berdamai, Dokter Militer dan Petugas Bandara Bersepakat Ini

8 Juli 2017

Ilustrasi pengamanan dan pemantauan kemanan bandara Soekarno Hatta. ANTARA/Lucky R.
Berdamai, Dokter Militer dan Petugas Bandara Bersepakat Ini

Keduanya menyepakati bentuk pertanggungjawaban Guyum setelah menampar adalah meminta maaf secara tertulis kepada Fery, institusi, dan PT Angkasa Pura.


Tampar Petugas Avsec Bandara, Dokter Militer Mengaku Refleks

8 Juli 2017

Ilustrasi pengamanan dan pemantauan kemanan bandara Soekarno Hatta. ANTARA/Lucky R.
Tampar Petugas Avsec Bandara, Dokter Militer Mengaku Refleks

Jumat malam, polisi melepas Guyum setelah menandatangani kesepakatan damai dan bersalaman dengan Fery.


Berdamai, Polisi Melepas Dokter Militer Penampar Petugas Bandara  

8 Juli 2017

Ilustrasi pengamanan dan pemantauan kemanan bandara Soekarno Hatta. ANTARA/Lucky R.
Berdamai, Polisi Melepas Dokter Militer Penampar Petugas Bandara  

Guyun mengaku salah dan meminta maaf atas penamparan yang dilakukannya. "Proses damai berjalan lancar tanpa ada intervensi pihak manapun."