TEMPO.CO , Jakarta:Dia tak dapat lagi bergerak dari tempat tidurnya. Sesekali perempuan ini hanya menjulurkan kakinya ke depan. Ibu tiga anak ini pasrah. Penyakit gula menggerogotinya sejak enam bulan lalu.
Dia bernama Suwarni (32 tahun), istri dari Santoso. Suaminya terduga pemimpin kelompok pelatihan teror di Gunung Biru, Desa Tamanjeka, Poso Pesisir, Poso, Sulawesi Tengah. Suwarni tinggal di rumah kayu sederhana di Jalan Masjid Nurul Huda, Tambarana, Desa Bhakti Agung, Kecamatan Poso Pesisir Utara. Rumah ini berjarak sekitar satu kilometer dari jalan Trans Sulawesi, atau sekitar 45 kilometer dari Poso Kota.
Suwarni tinggal bersama orang tua dan seorang anak bungsunya, Jagiah (3 tahun). Suwarni dan Santoso memiliki tiga orang anak, semuanya perempuan. Anak pertama bernama Warda (11 tahun), Ainun (6 tahun), dan terakhir Jagiah. Sudah setahun dia tidak bertemu dengan suaminya. Maklum, Santoso kini menjadi buruan Detasemen Khusus 88 Antiteror karena diduga terlibat berbagai kegiatan teror di Poso.
Rabu lalu, Densus menangkap lima orang diduga rekan Santoso. Seorang diantaranya meninggal. Tempat penggerebekan di dua tempat terpisah, di Desa Karola dan Tambarana. Penggerebekan Cecep Cs di Tambarana tidak jauh dari rumah tempat Suwarni, sekitar satu kilometer lebih.
Suwarni sudah pasrah dengan nasibnya. Di samping mendapat cap tak sedap sebagai istri terduga kelompok teror, kini penyakit gula ikut menggerogotinya.
Tempo menemui dia di rumahnya, Kamis, 1 November 2012. Bapak Suwarni, Sumarmo, mempersilahkan Tempo masuk. Rumah ini sederhana, berlantai semen, berdinding papan, dengan atap rumbia dan seng.
Di bagian tamu, terdapat empat kursi kayu. Satu lagi bangku kayu panjang. Ruangan ini seluas 3X4 meter. Di dinding terpampang beberapa poster tulisan Quran. Tidak ada foto Santoso terpampang.
Suwarni berada di bagian dalam, berada di atas ranjang. Tempo tidak dapat melihat jelas Suwarni, karena tertutup tirai berwarna merah. Sekilas dia mengenakan jilbab lengkap dengan cadar.
Tidak banyak warga yang berkunjung ke rumah dia. Hanya rekan-rekan Santoso yang sesekali menemuinya, terakhir pada lebaran Idhul Fitri lalu. Mereka memberi sumbangan alakadarnya. "Tidak pernah ada pesan dari Dia (Santoso)," kata Suwarni.
Suwarni tidak pernah menghubungi suaminya, karena tidak memiliki nomor ponselnya. Dia berharap suatu saat Santoso dapat menemuinya. Cap jelek kepada Santoso, Suwarni tak peduli.
RUSMAN PARAQBUEQ
Berita Terpopuler
Lima Penyidik KPK Mengundurkan Diri
Perdalam Kasus Hambalang, KPK Geledah Empat Tempat
Jaksa Tetap Minta Hakim Menghukum Dhana
Rustriningsih Optimistis Dapat Rekomendasi PDIP
Pengakuan Dahlan Pengalihan Isu? Dipo Menjawab
Jaksa Sayangkan Putusan Bos Pabrik Ekstasi Ditarik
Neneng Keberatan Disebut Direktur Keuangan