TEMPO.CO, Yogyakarta - Lima negara Asia, yaitu Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Sri Langka, dan Filipina, mengumumkan pembentukan Aliansi Asia-Pasifik untuk Penanganan Bencana di sela-sela pra-Konferensi Tingkat Kementerian Asia tentang Pengurangan Risiko Bencana ke-5.
Faisal Djalal, perwakilan dari Indonesia yang ditunjuk ketua lembaga itu, mengatakan, peresmian dilakukan pada Minggu lalu di Yogyakarta. “Untuk sementara, kami membentuk kelompok negara kecil dulu untuk memaksimalkan penguatan koordinasi,” kata Faisal di media center konferensi itu, di Jogja Expo Center, Senin, 22 Oktober 2012.
Idenya, menurut Faisal, berangkat dari pengalaman beberapa tahun terakhir, yang menunjukkan bahwa kawasan Asia-Pasifik merupakan kawasan terpuruk di dunia akibat sejumlah bencana besar. Kondisi itu menjadi alasan kuat perlunya koordinasi banyak negara langganan bencana untuk saling membantu dan bertukar konsep. “Banyak potensi yang bisa mempermudah penanggulangan bencana tak termanfaatkan dengan baik,” ujar dia.
Kensuke Onishi, perwakilan Jepang, mengatakan, aliansi itu bisa mempermudah negaranya menularkan pengalaman “Japan Platform” ke banyak negara berkembang. Selama ini, kata dia, model di Jepang mengikuti alur penanganan bencana yang menyentuh sejumlah sektor, seperti sistem rekonstruksi, pengobatan, pengadaan sanitasi air, pemulihan sumber kehidupan, dan pemulihan psikologi sosial. “Sejak 2001, kami mengeluarkan dana US$ 320 juta dari berbagai pihak untuk pelaksanaan 750 program penanganan bencana di berbagai negara,” kata dia.
Pada 2013, dia menambahkan, aliansi akan mengadakan sejumlah program pengembangan kapasitas beberapa negara untuk penanggulangan bencana. Program-program itu akan diwujudkan dengan membentuk forum pemimpin Asia untuk bencana dan mengumumkan pembentukan tim pemberi bantuan lintas negara untuk bencana.
Konferensi Tingkat Kementerian Asia tentang Pengurangan Risiko Bencana ke-5, yang diselenggarakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana, mengusung tema “Penguatan Kapasitas Lokal dalam Pengurangan Risiko Bencana”. Konferensi itu digelar pada 22-25 Oktober 2012, dimulai dengan berbagai kegiatan pra-konferensi.
Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, menyebutkan bahwa ada 18 forum pra-konferensi, di antaranya forum negara ASEAN, workshop bagi pengambil kebijakan dan praktisi, forum pengembangan akuntabilitas penanganan bencana di Asia-Pasifik, pelatihan media peliput bencana, serta forum sudut pandang anak-anak terhadap pengurangan risiko dan penanganan bencana.
Kepala Perwakilan Bank Dunia di Jakarta, Stefan Koeberle, mengatakan, pentingnya mitigasi sudah dimaklumi banyak negara. Namun pelaksanaan di semua negara berbeda-beda. Karena itu, dia berharap ada standardisasi mitigasi untuk menekan kerugian akibat bencana secara maksimal. Menurut dia, hasil penghitungan bank dunia menunjukkan bahwa nilai kerusakan akibat bencana selama 2011 mencapai US$ 380 miliar. “Kerusakan terbesar terjadi di kota-kota penting di Asia-Pasifik,” kata dia.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM
Terpopuler:
Jokowi Dapat ''Lampu Hijau'' Bangun Kampung Susun
Rekayasa Kasus Novel Kian Jelas
Anak Indonesia Bikin Kagum Alex Ferguson
Jack Brown, Anak Indonesia Terhebat di Akademi MU
Jokowi: Obligasi Apa Sih? Wong Duit Banyak