TEMPO.CO , Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh mengatakan Indonesia kekurangan ilmuwan seperti pasca-sarjana bahkan sekelas doktor.
Alasanya, akses atau biaya pendidikan setingkat S2 atau S3 yang tinggi. “Dari satu juta penduduk Indonesia, hanya 98 orang yang bergelar doktor,” kata Nuh di Rapat Kerja dengan Dewan Perwakilan Daerah RI, Rabu, 26 September 2012.
Nuh mengatakan sedikitnya jumlah ilmuwan mengakibatkan pembangunan Indonesia kalah dibanding negara lain. Adanya beasiswa selama ini juga kebanyakan diberikan kepada pegawai negeri sipil dan dosen. Sedangkan untuk di luar profesi tersebut harus dengan biaya sendiri.
Saat ini, kata Nuh, Indonesia mempunyai doktor sebanyak 23 ribu orang. Sedangkan Malaysia mempunyai 14 ribu doktor. “Tapi dilihat dari presentasenya Indonesia kalah,” ucap guru besar ini. Dari satu juta penduduk Malaysia, 300 orang bergelar doktor. Sementara di Jepang sudah mempunyai 819 ribu, artinya dari satu juta penduduk Jepang, 6.418 orang bergelar doktor.
Untuk itulah, Nuh memprogramkan bunga dari dana abadi sebesar Rp 15 triliun antaranya untuk beasiswa S2 dan S3. Beasiswa ini dikhususkan untuk anak bangsa non PNS dan non dosen. Namun penggunaan dana abadi tersebut masih menunggu persetujuan dari DPR RI.
Nuh memperkirakan tiga tahun lagi Indonesia sudah memiliki 30 ribu orang doktor. “Tapi angka ini masih kecil,” ucap mantan rektor ITS ini. Dengan program dana abadi, ia memastikan jumlah orang bergelar doktor bisa bertambah besar meskipun masih belum sebanding dengan negara lain.
SUNDARI
Berita terpopuler lainnya:
Menteri Purnomo Ancam Wartawan Jakarta Post?
Kewenangan KPK Dikebiri, Penasihat Ancam Mundur
Pangkas Kewenangan KPK, DPR Dinilai Lucu
DPR Terbelah Jika Kapolri Dipanggil KPK
PDIP Tak Setuju Protokol Antipenistaan Agama SBY
DPR Pertanyakan Konflik Menhan dan Jakarta Post
Bulan Madu PDIP dan Prabowo di Ujung Tanduk
Mayjen Subekti jadi Rektor Universitas Pertahanan