TEMPO.CO, Madiun - Dari beberapa kali persidangan perkara penyelundupan para imigran gelap yang hingga saat ini masih berlangsung di Pengadilan Militer III-13 Madiun, terungkap rute atau jalur perjalanan sebelum mereka diberangkatkan ke Australia.
Para imigran gelap tersebut berasal dari sejumlah negara di Timur Tengah, seperti Iran, Irak, Kuwait.
Rute perjalanan yang melibatkan sejumlah orang, termasuk lima oknum TNI Angkatan Darat di Jawa Timur, dapat dibagi jadi dua. Pertama, rute dari negara asal hingga di perbatasan Indonesia. Kedua, rute daerah yang dilalui selama berada di wilayah Indonesia sampai berlayar ke Australia.
Salah satu imigran gelap asal Iran, Mohamad Hardani, 37 tahun, memberikan keterangan melalui penerjemah dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang disusun Polisi Militer Komando Daerah Militer (Pom Dam) V/Brawijaya.
Hardani merupakan salah satu saksi dalam perkara lima oknum TNI-AD berkaitan dengan upaya penyelundupan 134 imigran di perairan Prigi, Trenggalek, Jawa Timur, 17 Desember 2011. Namun, perjalanan mereka ke Australia gagal karena kapal yang mereka tumpangi tenggelam dihantam gelombang.
Pada 17 Nopember 2011, dari ibu kota Iran, Teheran, Hardani naik pesawat ke Dubai. Dari Dubai terbang ke Jakarta dan tiba di Bandara Soekarno-Hatta, 18 November 2011. Setelah menginap tiga hari di sebuah hotel di Jakarta, ia menuju Cisarua, Bogor. Di Cisarua, Hardani berkenalan dengan warga Iran, Yosif. “Dari sini muncul kesepakatan ke Australia,” kata Kepala Oditur Militer Madiun, Upang Juwaeni, Rabu, 12 September 2012.
Tanggal 12 Desember 2011, Hardani dan tiga anggota keluarganya kembali ke Jakarta menginap di sebuah apartemen. Tanggal 15 Desember 2011, ia dan ratusan imigran lain berangkat dari Jakarta menuju Pantai Popoh, Tulungagung menumpang empat bus.
Imigran asal Iran lainnya, Mohamad Hadi Parivash, 32 tahun, juga memberikan keterangan di BAP. Rute yang dilalui berbeda dengan Hardani. Pada 26 April 2011, Hadi terbang dari Teheran, Iran, menuju Kuala Lumpur, Malaysia. Dari Malaysia terbang ke Bali dan tiba 27 April 2011. Dari Bali terbang ke Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Dari sini, ia dijemput seseorang bernama Husein dan dibawa ke Cisarua, Bogor.
Tanggal 30 April 2011, ia berangkat ke Australia namun ditangkap kepolisian di Sukabumi, Jawa Barat. Lalu ditampung 1,5 bulan di penampungan Kalideres, Jakarta. Di penampungan ia bertemu tujuh anggota keluarganya. Juni 2011 dipindah ke penampungan Cipari, Sukabumi. “Selama di Kalideres kenal dengan imigran lain yang menawari ke Australia,” ujar Upang.
Tanggal 3 Desember 2011 dibawa ke Jakarta dan diinapkan di sebuah apartemen. Tanggal 13 Desember 2011 berangkat dari Jakarta menuju Pantai Popoh, Tulungagung, menumpang empat bus.
Selain Pantai Popoh dan Klatak di Tulungagung serta Pantai Prigi di Trenggalek, sejumlah pantai di Pacitan juga beberapa kali jadi tempat transit penyelundupan imigran Timur Tengah ke Australia.
Pada 7 September 2012, sebanyak 60 imigran asal Iran, Irak, dan Kuwait tertangkap di dua lokasi di Pacitan. Aksi serupa juga pernah terjadi di Pacitan pada 2010 dan 2011.
ISHOMUDDIN
Berita Terkait:
Selundupkan Imigran, Oknum TNI Dapat Ratusan Juta
Sopir Pengangkut Imigran Gelap Diberi Imbalan Rp 5 Juta
Penyelundupan Imigran di Pacitan Libatkan Sindikat Lama
Penyidikan Penyelundupan Imigran Libatkan Polisi Australia
RI Belum Punya Aturan Penanganan Imigran Gelap