TEMPO.CO, Semarang - Rencana Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng, Pati, Jawa Tengah, menggelar upacara rakyat di lereng Pegunungan Kendeng Utara, tak bisa dilakukan sesuai rencana.
Upacara dalam memperingati Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 di Dukuh Grasak, Desa Brati, Kecamatan Kayen, Pati itu, tak diperbolehkan Komandan Daerah Militer (Dandim) Pati. "Keinginan perayaan ini harus menghadapi tekanan begitu kuat dari Komandan Daerah Militer Pati," kata Koordinator JMPPK Kayen, Pati, Sumito dalam siaran persnya, Jumat, 17 Agustus 2012.
Sumito menyatakan, Dandim Pati beralasan tema upacara menyimpang dari agenda perayaan kemerdekaan Indonesia yang sebenarnya dan dikhawatirkan akan menimbulkan disintegrasi bangsa. Padahal, kata Sumito, upacara rakyat ini untuk memperingati hari kemerdekaan.
Selama ini, wilayah Pegunungan Kendeng, sering terjadi konflik. Sebab, wilayah tersebut menjadi incaran perusahaan semen. Sebelumnya, PT Semen Gresik hendak mendirikan pabrik di wilayah itu. Namun, PT Semen Gresik gagal merealisasikan pabriknya karena ditolak warga.
Saat ini, PT Indocement melalui anak perusahaannya juga hendak mendirikan pabrik semen di kawasan Pegunungan Kendeng. Namun, proses pendiriannya tak berjalan mulus akibat penolakan masyarakat. Salah satu kelompok masyarakat yang gigih menolak adalah jaringan tersebut. Mereka menilai pendirian pabrik semen akan merusak lingkungan.
Koordinator JMPPK wilayah Sukolilo, Gunretno, juga mengatakan rakyat Pegunungan Kendeng Utara tak ingin tunduk dalam acungan senjata para penjajah. "Kami ingin bangun dan memperjuangkan kemerdekaan sejati, sebagai rakyat Indonesia. Bebas dari rasa takut. Bebas dari ancaman kelaparan dan kemiskinan," kata dia.
Kata dia, seluruh sumber mata air, hewan, tumbuhan, sungai, batu dan goa di Pegunungan Kendeng Utara selalu bersama warga karena mereka juga ingin merdeka.
Gunretno menyatakan selama ini upacara kemerdekaan Indonesia hanya menjadi peristiwa pejabat dan orang-orang di pemerintahan. Oleh karena itu, kata dia, “Upacara Rakyat” yang akan diadakan di lereng Pegunungan Kendeng menjadi satu peristiwa untuk melibatkan kembali rakyat dalam perhelatan kemerdekaan Indonesia.
Dia menyatakan sangat ironis ketika rakyat berinisiatif aktif dalam kegiatan perayaan kemerdekaan, tapi justru mendapatkan tuduhan yang sungguh tidak beralasan. "Dalam perjumpaan dengan beberapa staf Kodim Pati, kami sudah menjelaskan bahwa tidak ada sedikit pun niat kami untuk menyuarakan mengenai disintegrasi," kata dia.
Namun, saat warga mempertanyakan, mereka justru tidak mendapatkan jawaban yang proporsional. Mereka malah mendapatkan kekerasan verbal berupa ancaman penangkapan hingga ancaman tembak di tempat.
Pagelaran upacara kemerdekaan ini sedianya akan memadukan prosesi upacara bendera dengan aksi teatrikal secara kolosal, mulai pukul 08.00 hingga selesai. Tempatnya di Lereng pegununungan Kendeng di kawasan Punden Ranggabaya dengan peserta sekitar 1.000 warga dari 21 desa di tiga kecamatan (Kecamatan Sukolilo, Kecamatan Kayen, dan Kecamatan Tambakromo).
Sayangnya, hingga saat ini Tempo belum bisa meminta konfirmasi dari Komandan Kodim Pati.
ROFIUDDIN
Berita Terpopuler:
Gus Dur Dukung Ahok
SBY Gusar, Ini Klarifikasi Antasari Azhar
Sayang Cucu, Habibie Naik Jrangkon
Kirab Mobil Esemka, Jokowi Duduk Di Atap
Jusuf Kalla Dukung Pernyataan SBY Soal Century
Presiden SBY: Terima Kasih KPK
Sandi Dibunuh dan Diseret 200 Meter
Arsenal Terpaksa Jual Van Persie
Dirjen Pajak : Kami Tahu Jaringan Mafia Pajak
Hilal Bisa Dilihat Sabtu