Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Dandim Pati Larang Warga Peringati Kemerdekaan

image-gnews
Sejumlah anggota paskibraka berbaris saat upacara pengukuhan anggota pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka) tahun 2012 di Istana Negara, Jakarta, (14/8). ANTARA/Prasetyo Utomo
Sejumlah anggota paskibraka berbaris saat upacara pengukuhan anggota pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka) tahun 2012 di Istana Negara, Jakarta, (14/8). ANTARA/Prasetyo Utomo
Iklan

TEMPO.CO, Semarang - Rencana Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng, Pati, Jawa Tengah, menggelar upacara rakyat di lereng Pegunungan Kendeng Utara, tak bisa dilakukan sesuai rencana.

Upacara dalam memperingati Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 di Dukuh Grasak, Desa Brati, Kecamatan Kayen, Pati itu, tak diperbolehkan Komandan Daerah Militer (Dandim) Pati.  "Keinginan perayaan ini harus menghadapi tekanan begitu kuat dari Komandan Daerah Militer Pati," kata Koordinator JMPPK Kayen, Pati, Sumito dalam siaran persnya, Jumat, 17 Agustus 2012.

Sumito menyatakan, Dandim Pati beralasan tema upacara menyimpang dari agenda perayaan kemerdekaan Indonesia yang sebenarnya dan dikhawatirkan akan menimbulkan disintegrasi bangsa. Padahal, kata Sumito, upacara rakyat ini untuk memperingati hari kemerdekaan.

Selama ini, wilayah Pegunungan Kendeng, sering terjadi konflik. Sebab, wilayah tersebut menjadi incaran perusahaan semen. Sebelumnya, PT Semen Gresik hendak mendirikan pabrik di wilayah itu. Namun, PT Semen Gresik gagal merealisasikan pabriknya karena ditolak warga.

Saat ini, PT Indocement melalui anak perusahaannya juga hendak mendirikan pabrik semen di kawasan Pegunungan Kendeng. Namun, proses pendiriannya tak berjalan mulus akibat penolakan masyarakat. Salah satu kelompok masyarakat yang gigih menolak adalah jaringan tersebut. Mereka menilai pendirian pabrik semen akan merusak lingkungan.

Koordinator JMPPK wilayah Sukolilo, Gunretno, juga mengatakan rakyat Pegunungan Kendeng Utara tak ingin tunduk dalam acungan senjata para penjajah. "Kami ingin bangun dan memperjuangkan kemerdekaan sejati, sebagai rakyat Indonesia. Bebas dari rasa takut. Bebas dari ancaman kelaparan dan kemiskinan," kata dia.

Kata dia, seluruh sumber mata air, hewan, tumbuhan, sungai, batu dan goa di Pegunungan Kendeng Utara selalu bersama warga karena mereka juga ingin merdeka.

Gunretno menyatakan selama ini upacara kemerdekaan Indonesia hanya menjadi peristiwa pejabat dan orang-orang di pemerintahan. Oleh karena itu, kata dia, “Upacara Rakyat” yang akan diadakan di lereng Pegunungan Kendeng menjadi satu peristiwa untuk melibatkan kembali rakyat dalam perhelatan kemerdekaan Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dia menyatakan sangat ironis ketika rakyat berinisiatif aktif dalam kegiatan perayaan kemerdekaan, tapi justru mendapatkan tuduhan yang sungguh tidak beralasan. "Dalam perjumpaan dengan beberapa staf Kodim Pati, kami sudah menjelaskan bahwa tidak ada sedikit pun niat kami untuk menyuarakan mengenai disintegrasi," kata dia.

Namun, saat warga mempertanyakan, mereka justru tidak mendapatkan jawaban yang proporsional. Mereka malah mendapatkan kekerasan verbal berupa ancaman penangkapan hingga ancaman tembak di tempat.

Pagelaran upacara kemerdekaan ini sedianya akan memadukan prosesi upacara bendera dengan aksi teatrikal secara kolosal, mulai pukul 08.00 hingga selesai. Tempatnya di Lereng pegununungan Kendeng di kawasan Punden Ranggabaya dengan peserta sekitar 1.000 warga dari 21 desa di tiga kecamatan (Kecamatan Sukolilo, Kecamatan  Kayen, dan Kecamatan Tambakromo).

Sayangnya, hingga saat ini Tempo belum bisa meminta konfirmasi dari Komandan Kodim Pati.

ROFIUDDIN

Berita Terpopuler:
Gus Dur Dukung Ahok

SBY Gusar, Ini Klarifikasi Antasari Azhar

Sayang Cucu, Habibie Naik Jrangkon

Kirab Mobil Esemka, Jokowi Duduk Di Atap

Jusuf Kalla Dukung Pernyataan SBY Soal Century

Presiden SBY: Terima Kasih KPK

Sandi Dibunuh dan Diseret 200 Meter

Arsenal Terpaksa Jual Van Persie

Dirjen Pajak : Kami Tahu Jaringan Mafia Pajak

Hilal Bisa Dilihat Sabtu

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Setelah 70 Tahun Merdeka, Desa Ini Baru Nikmati Listrik

29 Agustus 2015

Ilustrasi. wikimedia.org
Setelah 70 Tahun Merdeka, Desa Ini Baru Nikmati Listrik

Desa di Indonesia ini baru dialiri listrik setelah Republik Indonesia merdeka 70 tahun.


Wanita Batak Ini Bekerja di Museum Yahudi Terbesar di Eropa

25 Agustus 2015

Anna Sembiring, Petugas konservasi POLIN Museum of The History of Polish Jews. TEMPO/ L.R. Baskoro
Wanita Batak Ini Bekerja di Museum Yahudi Terbesar di Eropa

Wanita berdarah Batak Karo, Anna Sembiring, bekerja di museum sejarah Yahudi terbesar di Eropa.


Ini Gelar untuk Presiden Jokowi dari Sultan Al-Kadrie

22 Agustus 2015

Seorang warga Suku Dayak Landak menngoperasikan kameranya jelang ikuti Karnaval Katulistiwa di Pontianak, Kalimantan Barat, 22 Agustus 2015. Karnaval Katulistiwa tersebut akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo pada 22 Agustus 2015 siang nanti. TEMPO/Subekti
Ini Gelar untuk Presiden Jokowi dari Sultan Al-Kadrie

Sultan Syarif Abdurrachman Al-Kadrie, Raja Kesultanan Pontianak, mengatakan telah menyiapkan gelar khusus untuk Presiden Jokowi.


HUT RI Ke-70, Tanah Gayo Gelar Pacuan Kuda Tradisional  

19 Agustus 2015

Sejumlah peserta bersaing ketat di lintasan balap kuda, agar dapat keluar sebagai juara di perlombaan Vesta Fillies' Handicap. Lingfield, Inggris, 13 Agustus 2015. Justin Setterfield/Getty Images
HUT RI Ke-70, Tanah Gayo Gelar Pacuan Kuda Tradisional  

Pacuan kuda berhadiah total Rp 252 juta itu digelar hingga Ahad mendatang.


Maria Felicia, Kepincut Upacara Sejak Kecil  

19 Agustus 2015

Anggota Paskibraka, Maria Felicia Gunawan (tengah) pembawa duplikat bendera pusaka dalam upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, 17 Agustus 2015. Tim Sadewa bertugas sebagai pengibar dan Nakula sebagai tim penurunan bendera Sang Saka Merah Putih. Tempo/Aditia Noviansyah
Maria Felicia, Kepincut Upacara Sejak Kecil  

Sejak usia tiga tahun, Felicia bersama saudaranya bermain upacara bendera dan dia paling sering berperan sebagai pembawa bendera.


Paskibraka Maria Felicia Bercita-cita Jadi Jurnalis

19 Agustus 2015

Anggota Paskibraka, Maria Felicia Gunawan (tengah) pembawa duplikat bendera pusaka dalam upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, 17 Agustus 2015. Maria Felicia Gunawan berasal dari SMAK Penabur Gading Serpong, Provinsi Banten. Tempo/Aditia Noviansyah
Paskibraka Maria Felicia Bercita-cita Jadi Jurnalis

Maria Felicia Gunawan, siswi kelas XI SMAK Penabur Gading Serpong, terpilih membawa baki duplikat bendera pusaka saat upacara 17 Agustus di Istana.


Virzha 'Idol' Kalah Lomba Melukis Gara-gara Warna Gunung  

19 Agustus 2015

Finalis Indonesian Idol asal Medan Di Muhammad Devirzha atau Virzha. Tempo/Dian Triyuli Handoko
Virzha 'Idol' Kalah Lomba Melukis Gara-gara Warna Gunung  

Juri tidak sepakat dengan keputusan Virzha ketika memberi warna pada gunung dalam perayaan HUT Kemerdekaan RI.


Bela Elanto, Roy Suryo Kritik Polisi  

19 Agustus 2015

Seorang pengendara sepeda menghadang laju konvoi motor gede (moge) di perempatan Condong Catur, Yogyakarta, 15 Agustus 2015. Aksi Elanto Wijoyono, pria pemberani tersebut membuat heboh Nitizen di sejumlah sosial media. youtube.com
Bela Elanto, Roy Suryo Kritik Polisi  

Roy menganggap polisi seharusnya bisa membedakan pengawalan untuk urusan kenegaraan dan bukan.


Ada Atribut PKI dalam Pawai Kemerdekaan, Ini Kata JK

19 Agustus 2015

Jusuf Kalla. ANTARA/Ismar Patrizki
Ada Atribut PKI dalam Pawai Kemerdekaan, Ini Kata JK

Kalla mengatakan bahwa peserta tak seharusnya membawa atribut organisasi yang dilarang dalam undang-undang.


Tak Hormat Saat Upacara Bendera, JK: Saya Ikut Undang-Undang

18 Agustus 2015

Pasukan Paskibraka mengibarkan Bendera Merah Putih saat upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, 17 Agustus 2015. Tim Sadewa bertugas sebagai pengibar dan Nakula sebagai tim penurunan bendera Sang Saka Merah Putih. Tempo/Aditia Noviansyah
Tak Hormat Saat Upacara Bendera, JK: Saya Ikut Undang-Undang

JK mengatakan sikapnya saat upacara sama seperti Bung Hatta.