TEMPO.CO, Timika—Sudah hampir sebulan, konflik antar warga kampung pecah di Kwamki Lama, Mimika, Papua. Hingga Sabtu, 23 Juni 2012 konflik belum juga dapat diredakan. Bahkan kericuhan terjadi lagi pada Sabtu ini. Selain melukai puluhan warga Kampung Amole dan Kampung Harapan, kerusuhan juga membuat dua rumah warga terbakar. Padahal selama konflik ini, tercatat lima orang warga Kampung Harapan dan satu warga Kampung Amole meninggal.
Pada hari ini, kejadian bermula sekitar pukul 08.00 waktu Papua. Ratusan warga dari dua kampung bersebelahan ini sudah memenuhi perbatasan antar kampung. Masing-masing bersenjatakan panah. Aparat TNI-Polri yang berjaga-jaga hanya mampu melokalisir konflik agar tidak meluas ke wilayah lain.
Pada Sabtu pagi, puluhan warga Kampung Harapan melepaskan panah ke arah warga Kampung Amole. Tetapi tidak direspon oleh warga Kampung Amole. Karena berkali-kali diprovokasi, warga Kampung Amole kemudian menyerang balik. Akibat serangan Sabtu pagi sedikitnya tiga warga Kampung Harapan terluka dibagian punggung dan kaki.
Perang panah berhenti sesaat, dan mulai lagi pada pukul 09.00 waktu Papua dan baru berakhir pada pukul 12.20 waktu Papua. Pada konflik terbuka ini dua rumah warga milik marga Kiwak dibakar dan memicu kemarahan warga Kampung Amole. Kepala Sektor Kepolisian Mimika Timur, Ajun Komisaris Polisi Langgia, Sabtu sore, mengatakan pembakaran rumah oleh warga Kampung harapan dilakukan karena ada yang menyebar isu bahwa ada senjata yang disimpan dalam rumah itu. “Itu, mereka mengira ada senjata yang disimpan dalam rumah itu, karena itu ada dua rumah yang dibakar,” kata Langgia.
Sepanjang Sabtu pagi hingga petang, warga di kedua kampung mengerahkan massa untuk perang. Sedikitnya, 40 warga Kampung Harapan menderita luka panah dan senapan angin. Sementara jumlah warga yang terluka di kampung Amole berjumlah 21 orang.
Sejumlah tokoh masyarakat dan tokoh agama di Kwamki lama mengeluhkan peran Pemerintah Daerah Mimika yang dinilai membiarkan dan tidak peduli dengan konflik yang terus memakan korban jiwa ini. Sejak konflik berkecamuk, tidak ada pejabat pemerintah Daerah Mimika yang berupaya mendamaikan warga yang bertikai.
TJAHJONO EP