TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Kepala Unit Kerja Presiden untuk Pengelolaan Program Reformasi Marsillam Simanjuntak mengatakan kebebasan pers berarti perlindungan bagi kaum lemah dan minoritas. “Pers yang bebas harus mampu menjadi saluran suara kelompok lemah, tersudut, dan tertindas,” ujarnya di acara Peringatan Tragedi Pembredelan Pers Indonesia 21 Juni 1994-2012 di Jakarta, Kamis, 21 Juni 2012.
"Menjamin kebebasan berpendapat semua pihak terutama suara dan opini minoritas adalah tugas pers, karena dengan demikian pers menjaga dasar dari kebebasan pers, yaitu kebebasan berpendapat," kata Marsillam.
Marsillam mengatakan pada situasi saat ini kebebasan pers tetap menjadi tema yang layak dibicarakan. Lebih dari itu, menurut dia, kebebasan pers belum final dan perlu selalu dijaga, dipelihara, dan digunakan. "Kebebasan pers adalah ketika memenangkan konfrontasi permanen pada kekuatan yang ingin mengintimidasi," kata dia.
Kekuatan pembatasan pers, menurut Marsillam, tidak hanya terjadi ketika Majalah Tempo, Editor, dan Detik dibredel pada 1994. Kekuatan untuk membatasi pers selalu ada dan akan terus ada untuk membatasi. "Salah bila menganggap bebas maka akan terus bebas, akan selalu ada kekuatan yang berusaha mengurangi," kata Marsillam.
Marsillam menambahkan, pers memiliki tugas untuk memberikan informasi yang cukup dan benar bagi masyarakat. Bila pers dalam pemberitaan dipengaruhi dan tergantung penguasa atau pengendali, maka nilai yang diterima dan diyakini masyarakat akan menjadi keliru. "Salah satu efek kebebasan pers saat ini, termasuk kebebasan pers dari kepentingan lain," kata dia.
Acara ini adalah peringatan 18 tahun pembredelan Majalah Tempo pada 21 Juni 1994. Pada saat itu, surat izin usaha penerbitan Majalah Tempo dicabut bersama Editor dan Detik. Acara ini sendiri dilaksanakan di gedung Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Selain peringatan peristiwa pembredelan, acara ini juga meluncurkan Catatan Pinggir Jilid I-IX karya mantan Pemimpin Redaksi Majalah Tempo, Goenawan Mohamad. Tempo juga meluncurkan Catatan Pinggir dan tulisan lepas Goenawan dalam bahasa Inggris yang diterjemahkan Jeniffer Lindsay berjudul Sharp Times.
FRANSISCO ROSARIANS
Berita terpopuler
KPK : Kitab Suci Saja Dikorupsi...
Beginilah Suasana Kerja di ATC Usai Sidak Dahlan
Dahlan Iskan Jadi Sopir Bupati Banyuwangi
Kronologis Penangkapan Pegawai Bea Cukai di Bandara Soetta
Wanita Ini 16 Tahun Hidup Tanpa Uang dan Bahagia