TEMPO.CO, Jakarta - Kota Bandung baru-baru ini punya peraturan daerah tentang bahasa Sunda. Setelah disahkan DPRD pada akhir Mei 2012, peraturan itu baru diketahui kalangan terbatas. ”Masih setengah hati, belum tersosialisasi,” kata Wakil Ketua Komisi D DPRD Kota Bandung, Teddy Rusmawan, Rabu, 20 Juni 2012.
Peraturan Daerah tentang Penggunaan, Pemeliharaan, dan Pengembangan Bahasa, Sastra, dan Aksara Sunda tersebut salah satunya menetapkan hari Rabu sebagai hari berbahasa Sunda dalam semua kegiatan pendidikan, pemerintahan, dan kemasyarakatan. Tujuannya, kata Teddy, untuk memelihara dan lebih mengaktifkan pemakaian bahasa Sunda di Kota Bandung. ”Harusnya pemerintah melakukan sosialisasi lewat reklame, media cetak, dan elektronik,” ujarnya.
Menurut Teddy, pelaksanaan aturan itu lebih efektif berjalan di lingkungan Balai Kota Bandung dan kantor birokrasi, DPRD, dan lewat pengajaran di sekolah. Namun sejauh ini, kata dia, di lingkungan DPRD sendiri pemakaian bahasa Sunda tiap Rabu belum berjalan. ”Masih ada di Dewan yang belum berbahasa Sunda,” katanya.
Budayawan dari Universitas Pasundan, Hawe Setiawan, mengatakan aturan itu lebih strategis diterapkan di sekolah. ”Lewat buku ajar atau dari para guru,” katanya. Bahasa Sunda, ujar dia, lebih penting diutamakan fungsi sosialnya. ”Kalau aksara Sunda kuno enggak terlalu penting diajarkan ke murid karena enggak ada yang kirim SMS pakai aksara kuno,” katanya.
Selain itu, peraturan itu juga harusnya berdampak ke lembaga, seperti Balai Bahasa dan Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda. Misalnya, kata Hawe, pemerintah menyokong Komisi Istilah di lembaga tersebut untuk menerbitkan temuan istilah baru bahasa Sunda di masyarakat. ”Secara rutin diumumkan lewat brosur atau poster, sebab bahasa selalu berkembang,” katanya.
Di stasiun radio swasta, aturan pemakaian bahasa Sunda tiap Rabu tidak lantas mengubah program siaran pada hari itu. Asisten Produser Radio Maraghita Bandung Purnawan mengatakan, gaya bahasa penyiar tetap memakai bahasa Indonesia dan lagu-lagunya tidak memutar pop Sunda. ”Kami hanya ikut sosialisasi agar tiap Rabu pendengar berbahasa Sunda,” katanya.
Untuk menjalankan fungsi pendidikan sekaligus melestarikan bahasa Sunda, radio tersebut sejak empat bulan lalu telah menyelipkan rekaman satu menit tentang peribahasa Sunda dan artinya dalam bahasa Indonesia. Rekaman itu diputar empat kali sehari dari pagi hingga sore. ”Sudah bikin 10 dari 100 stok peribahasa Sunda,” ujarnya. Menurut lulusan dari jurusan Sastra Sunda Universitas Padjadjaran itu, kumpulan peribahasa tersebut di antaranya berasal dari buku muatan lokal bahasa Sunda tingkat SD hingga SMA.
ANWAR SISWADI