TEMPO.CO, Jakarta - “Welcome to SMPN 1 Denpasar.” Ditulis dengan tinta putih di plang berwarna hijau, ucapan itu langsung menohok mata siapa pun yang mendekati gerbang sekolah tersebut. Terletak di Jalan Surapati, Denpasar, kompleks sekolah itu hijau dengan aneka pohon, seperti ketapang dan palem.
Kini sekolah itu menjadi buah bibir. Pasalnya, siswa sekolah tersebut, Ni Putu Tamara Bidari Suweta, meraih nilai ujian nasional (UN) tertinggi se-Indonesia, yakni 40. "Saya sama sekali tak menyangka dapat nilai UN 40, saya senang sekali," kata Tamara seperti dikutip Antara.
Sebelumnya, gadis kelahiran 1 Maret 1997 itu sempat ragu atas dua jawabannya dalam pelajaran bahasa Inggris. Adapun pelajaran lain, ia yakin mendapat nilai 10.
Ia tak punya rahasia khusus untuk menjadi yang terbaik. "Saya ikut les di sekolah dan bimbingan belajar," kata putri I Wayan Mudana Suweta itu. Sejak kelas VII, gadis yang bercita-cita menjadi dokter ini masuk sepuluh besar di kelasnya.
Bagi Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Denpasar, ini tahun keempat meraih predikat nilai UN tertinggi. Bukan hanya Tamara yang meraih nilai istimewa tahun ini, juga sembilan siswa lain di sekolah itu dengan nilai sama, yakni 39,80. Mereka adalah Julia Justina, Made Surya Dharmawan, I Putu Arya Aditya Nugraha, Gede Fajar Satria, Ketut Nindy Rahayu Sugitha, Ida Bagus Gde Ananta Mahesvara, I Wayan Govinda Gotama Putra, I Gusti Ngurah Agung Putra Agniveda, dan Ricko Wijaya.
Soal nilai sembilan orang tersebut yang sama, menurut Anak Agung Gede Agung Rimbya Temaja, sang kepala sekolah, itu apa adanya. "Tak ada bocoran, bukan rekayasa. Kami meraih hal tersebut karena anak-anak kami memang betul-betul belajar. Kami bahkan wanti-wanti untuk tak percaya pada bocoran soal," kata Temaja, Sabtu, 2 Juni 2012 kemarin.
Mereka bersiap jauh-jauh hari. Menurut Temaja, sejak kelas VII, para siswa sudah diikutkan les sore. "Metode pembelajaran, kami intensifkan les untuk semua siswa."
Selain itu, sekolah mengadakan Minggu Intensif untuk membahas soal-soal. Jika ada siswa yang belum mengerti, pihak sekolah juga mengadakan les-les kecil. "Rata-rata siswa kami juga mengikuti bimbingan belajar dan juga les privat di rumahnya," kata dia.
Fasilitas sekolah pun sangat mendukung: kelas ber-AC, LCD, Wi-Fi, dan laboratorium multimedia. "Kami juga menerapkan bilingual di semua kelas. Pendidikan tenaga pengajar kami juga sudah minimal S-2," ujarnya.
Jumat, 1 Juni 2012 lalu, mereka merayakan kelulusan dengan kegiatan unik. Datang ke sekolah mengenakan pakaian adat Bali, mereka melakukan sembahyang bersama. Tak ada corat-coret baju. "Nantinya seragam sekolah mereka akan dikumpulkan untuk disumbangkan. Kalau mereka corat-coret, tak akan kami layani administrasinya."
ENNY RATNASARI
Berita Populer:
Barcelona Terpopuler di Media Sosial
NKOTBSB, Konser Nostalgia dengan Beragam Kejutan
Setelah Inter Milan, Giliran Everton ke Indonesia
Miranda dan 2 Buku Ekonomi di Tahanan
Suu Kyi Mendapat Sambutan di Pidato Pertama
Ada Lomba Mencuci Pesawat di Surabaya