TEMPO.CO, Jakarta - Sultan Sepuh XIV Kesultanan Kesepuhan Cirebon Arief Natadiningrat membandingkan makam Sunan Gunung Jati dengan Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Mengapa?
"(Simbol) peradaban Hindu, Buddha, sudah dijaga dan ditata dengan baik. Tapi peradaban Islam belum," katanya kepada Tempo, Sabtu, 2 Juni 2012.
Menurut Arief, Indonesia terkenal dengan peradaban yang beragam, di antaranya Islam, Hindu, Buddha, dan Kristen. Dua peninggalan Buddha dan Hindu seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan telah dijaga dan dilestarikan dengan baik oleh pemerintah. Pemerintah sanggup menghabiskan ratusan miliar untuk mempercantik peninggalan sejarah itu. "Tempat itu jadi pusat ekonomi, masyarakat menikmatinya," katanya.
Sayangnya, hal serupa tak maksimal dilakukan pemerintah untuk menjaga sisa peradaban Islam. Salah satunya Kesultanan Cirebon yang di dalamnya terdapat makam Sunan Gunung Jati. Padahal Kesultanan Cirebon merupakan salah satu tempat perkembangan agama Islam tertua di tanah Jawa.
Karena tak dijaga dengan baik, beberapa kerusakan di sekitar makam terus bertambah. Apalagi tempat yang menjadi tujuan wisata ziarah para wisatawan domestik maupun mancanegara ini terus didatangi ribuan pengunjung setiap harinya. "Sehari-hari pengunjungnya sekitar 1.000 orang. Belum malam Jumat, apalagi malam Jumat kliwon, bisa sampai 5.000," kata dia.
Arief mengatakan, agar kerusakan tak bertambah parah, pemda setempat telah mengajukan usulan untuk segera merevitalisasi makam Sunan Gunung Jati. Selain itu, empat keraton di Kesultanan Cirebon, yaitu Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan, dan Keraton Kaprabonan, serta cagar budaya Goa Sunyaragi, Masjid Agung Sang Cipta Rasa, dan Lawang Sanga, juga masuk dalam rencana program pemugaran tersebut. Diperkirakan perbaikan ini memakan dana sekitar Rp 70 miliar.
Pemerintah pusat menyambut baik rencana ini. Di bawah Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, sejumlah rencana dibahas beberapa bulan belakangan. Beberapa kementerian seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Agama, dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dilibatkan. Namun kepastian jumlah dana yang dibutuhkan baru akan diketahui setelah master plan rencana revitalisasi ini selesai dibuat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
"Alhamdulillah, kami bersyukur pemerintah pusat menyambut baik. Artinya pemerintah memberi perhatian untuk melestarikan peradaban Islam Kesultanan Cirebon," ujarnya.
"Kami berharap master plan itu selesai pertengahan tahun ini, sehingga (pemugaran) bisa segera direalisasikan," kata anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari Jawa Barat ini.
MUNAWWAROH