TEMPO.CO, Jember - Pegiat Komunitas Kretek Jember, Asosiasi Petani Tembakau Naa Oogst, dan Asosiasi Tembakau Kasturi berunjuk rasa menolak Hari Anti-Tembakau sedunia, Kamis, 31 Mei 2012. Mereka menilai penetapan Hari Anti-Tembakau itu sarat dengan kepentingan pemodal asing yang mengancam kelangsungan hidup jutaan petani tembakau di Indonesia.
Aksi damai dilakukan di bundaran gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jember. Selain berorasi, para pendemo juga menggelar pementasan Tari LahBako, tarian khas Jember. Tarian yang diciptakan Bagong Kussudiardjo itu menggambarkan proses menanam dan memetik tembakau.
Koordinator Komunitas Kretek wilayah Jember, Komaruddin, mengatakan Hari Anti-Tembakau hanya merupakan upaya negara-negara maju untuk kepentingan ekonomi. "Kampanye-kampanye mereka hanya untuk kepentingan kapital perusahaan farmasi multinasional," kata koordinator aksi, Komaruddin.
Dia menambahkan, kepentingan pihak asing untuk menguasai pasar tembakau nasional tampak dari beragamnya upaya perusahaan rokok multinasional untuk menguasai pasar, gudang, dan pabrik rokok di Indonesia. Indonesia yang memiliki lahan tanaman tembakau luas justru akan dilemahkan dengan kampanye-kampanye Hari Anti Tembakau sedunia itu.
Ketua Asosiasi Tembakau Kasturi Jember, Abdurrahman, menyatakan pemerintah Indonesia harus melindungi jutaan rakyatnya yang selama ini hidup dari komoditas tembakau. "Jangan cuma tunduk menyerah saja kepada pihak asing yang berkedok kampanye penyelamatan dunia, tapi mengorbankan rakyat sendiri," katanya.
Hal senada diungkapkan Ketua Asosiasi Petani Tembakau Naa Oogst H. Hamam. Menurut dia, kampanye anti-tembakau yang gencar dilakukan negara-negara maju itu justu berlawanan dengan kenyataan. Sampai saat ini, kata dia, sekitar 30 persen kebutuhan tembakau dunia dibeli dari Indonesia. "Harusnya dunia konsisten. Kalau bilang anti ya tidak usah ambil tembakau dari sini," katanya.
Menurut dia, dari 30 persen tembakau yang dibeli dunia, sebanyak 25 persen adalah tembakau dari Jember. Sejarah tembakau di Jember dimulai tahun 1850-an saat warga keturunan Belanda, Georger Birnie, membuat perkebunan tembakau di tiga kecamatan di Jember, yakni kecamatan Ajung, Jenggawah, dan Mumbulsari yang kemudian terus berkembang sampai sekarang.
MAHBUB DJUNAIDY