TEMPO.CO, Sampang - Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sampang, Jawa Timur, Heri Purnomo, membantah siswa dari kelompok Syiah yang bersekolah di Sekolah Dasar Negeri 4 Karang Gayam diperlakukan buruk oleh teman dan gurunya, seperti diperolok sebagai anak aliran sesat. “Tidak benar itu. Saya sudah cek sendiri,” katanya kepada Tempo, Senin, 21 Mei 2012.
Heri menjamin anak-anak Syiah tidak akan dianaktirikan selama berada di lingkungan sekolah. Sebab, tugas sekolah adalah mendidik siswa menjadi cerdas sekalipun mereka adalah anak-anak dari penganut Syiah. “Kami mempertanyakan hasil investigasi sejumlah lembaga soal kasus cemooh di SDN karang Gayam,” ujarnya.
Menurut Heri, para guru di SDN 4 Karang Gayam tidak terlalu mengerti soal konflik antara penganut Syiah dan penganut Sunni yang berujung kerusuhan di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, 29 Desember 2011 lalu. Heri menduga cemooh terhadap anak-anak Syiah terjadi di luar sekolah. “Kalau kejadiannya di luar sekolah, itu di luar kewenangan sekolah,” ucap Heri.
Heri meminta pihak manapun untuk mengecek langsung kondisi siswa Syiah di Karang Gayam. “Mereka bermain dan berbaur satu sama lain, tidak ada pengucilan,” katanya. Namun Heri tidak membantah adanya puluhan siswa Syiah yang pindah ke sekolah lain. Menurut Heri, kepindahan mereka bukan karena diperolok. “Mereka pindah ke Surabaya atas permintaan orang tuanya sendiri,” katanya.
Sebelumnya kepada Tempo, salah satu pemuka Islam Syiah Sampang, Ustad Iklil, mengatakan sebanyak 40 siswa kelas 3 dan kelas 4 SD Negeri 4 Karang Gayam dari keluarga Syiah terpaksa pindah ke sekolah lain karena tidak betah diolok-olok sebagai anak aliran sesat. “Kami patungan biaya untuk memindahkan mereka ke sekolah lain,” katanya.
Adapun siswa keluarga Syiah yang duduk di kelas 5 dan kelas 6 diminta tetap bertahan dan tidak menghiraukan cercaan dan hinaan. Namun, setelah lulus mereka akan melanjutkan pendidikan ke daerah lain di luar Sampang. “Anak saya dan anaknya Ustad Tajul juga masih bertahan. Salah seorang anak saya baru saja ukit ujian nasional,” kata Ustad Iklil memaparkan.
MUSTHOFA BISRI