TEMPO.CO, Bogor - Tak mudah mencari kuncen atau juru kunci Gunung Salak. Tapi banyak para tetua yang mengenal betul gunung berapi di perbatasan Bogor dan Sukabumi ini. Mereka secara turun-temurun tinggal di kaki gunung setinggi 2.211 meter tersebut.
Ketika pesawat Sukhoi Superjet 100 jatuh dan meledak di lereng Puncak Salak Satu atau oleh warga lokal disebut Puncak Manik pada Rabu, 9 Mei 2012, para tokoh dan yang dituakan merupakan orang paling dicari. Salah satunya Ahmad Sungkawa alias Abah Uut, 56 tahun.
Pria tua berambut gondrong itu tinggal di Kampung Loji RT 02 RW 09, Desa Pasir Jaya, Kecamatan Cigombong, Bogor. Kampung ini menjadi Posko Evakuasi Sukhoi, setelah pindah dari Cidahu, Sukabumi, sebelum Balai Embrio Ternak menjadi posko utama. Warga, pemerintah setempat, dan para pendaki kerap meminta petuahnya ketika bicara Gunung Salak.
"Saya langsung dihubungi anggota Polsek Cijeruk. Mereka tanya Sukhoi jatuh di mana. Waktu itu saya bilang tidak jauh dari Puncak Manik," kata Abah Uut saat ditemui Tempo di kediamannya, Jumat malam, 18 Mei 2012.
Sehari sebelum Sukhoi jatuh dan meledak di Gunung Salak, Abah Uut sudah mendapat firasat akan terjadi musibah di Gunung Salak. Selasa malam, ia bermimpi tubuhnya berubah warna menjadi merah. "Saya seperti Arwana (tokoh pewayangan)."
Keesokan harinya, sekitar pukul 15.00, Abah Uut mendengar dua kali gemuruh mesin pesawat dari atas gunung. Saat itu dia sudah merasakan ada kejadian besar di Gunung Salak. "Benar saja, saya mendapat kabar pesawat Sukhoi jatuh," ujarnya.
Menurut terawangan Abah Uut, Sukhoi SSJ 100 jatuh akibat menganggap remeh Gunung Salak. Pilot pesawat buatan Rusia ini, kata dia, coba menunjukkan kehebatan dengan melakukan manuver di atas gunung. Padahal Gunung Salak memiliki banyak misteri dan kekuatan magis yang di luar daya nalar manusia.
"Burung elang saja sering tiba-tiba jatuh. Jadi jangan sombong apalagi meremehkan Gunung Salak. Banyak kejadian. Sudah berapa kali pesawat jatuh. Malah ada yang hilang sampai sekarang tidak ketemu. Tidak terhitung pendaki meninggal di sana," ujar Abah Uut.
ARIHTA SURBAKTI
Berita terkait:
Keluarga Pilot Sukhoi Tidak Datang ke Indonesia
DVI Kumpulkan 44 Sampel Sidik Jari Korban Sukhoi
Dalam Sejam, Rusia 3 Kali Ralat Rencana Konferensi Pers
Tukar Koin dan Rokok Rusia di Posko Sukhoi
Ransum Sukarelawan Sukhoi 8.400 Bungkus Per Hari