Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pakualaman Siapkan Sanksi Bagi Anglingkusumo  

image-gnews
Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), KGPAA Paku Alam (PA) IX (3 kiri) beserta istri GKRAA Paku Alam (2 kanan). vibizdaily.com
Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), KGPAA Paku Alam (PA) IX (3 kiri) beserta istri GKRAA Paku Alam (2 kanan). vibizdaily.com
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sejumlah kerabat Puro Pakualaman yang tergabung dalam Trah Hudyana marah terhadap aksi pengukuhan Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Anglingkusumo sebagai Paku Alam IX. Sebanyak 10 sentono (kerabat) Puro Pakualaman berkumpul di Yogyakarta, Senin, 16 April 2012 dari pagi hingga siang untuk membahas pengukuhan yang mereka nilai sepihak. “Kami menolak pengukuhan itu dan akan siapkan sanksi,” kata KPH Tjondrokusumo, Pengageng Kewedanaan.

KPH Anglingkusumo dinobatkan sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam IX oleh Masyarakat Adikarto Kulonprogo dan Masyarakat Hukum Adat Sabang-Merauke di Pendapa Pantai Glagah, Kulonprogo, Ahad pekan lalu. Padahal, saat ini sudah ada KGPAA Paku Alam IX yang kini juga menjabat sebagai Wakil Gubernur DIY.

Tjondrokusumo mengatakan, pengukuhan itu merendahkan martabat Kadipaten Pakualam karena dilakukan tanpa proses jelas, tak diketahui kerabat Pakualaman, dan hanya sambil lalu. “Padahal, jabatan adipati itu jabatan terhormat, kok, seenaknya saja pengukuhan,” kata dia. Selain itu, ujarnya, pengangkatan seorang Adipati berdasarkan peraturan internal Puro (paugeran). Menurut dia, berdasarkan paugeran itulah, Puro Pakualam hanya mengakui Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Ambarkusumo selaku KGPAA Paku Alam IX yang dilantik pada 26 Mei 1999.

Pengukuhan KPH Anglingkusumo sebagai Paku Alam IX juga dinilai sebagai tindakan yang tak berkeadaban. “Kalau makar dengan raja di zaman dulu langsung dieksekusi mati,” ujar KPH Jurunartani. Tapi, katanya, sekarang kondisinya lain. “Jadi, kami siapkan sanksi yang tepat.” Dua pekan lagi akan umumkan sanksi untuk Anglingkusumo.

Menanggapi ancaman sanksi itu, Anglingkusumo tak gentar. “Silahkan saja beri sanksi. Ini kehendak rakyat, kok,” kata dia. Menurut Angling, mestinya ditanyakan kepada masyarakat, kenapa memilih dia. “Saya, kan, hanya orang yang diberi tanggung jawab untuk menjadi Adipati Pakualaman.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Angling menjelaskan, dia sebenarnya tak tahu akan ada proses pengukuhan dirinya pada acara peringatan Sedekah Bumi dan Peringatan 102 Tahun PA VIII  (10 April 1910-10 April 2012) dan Menyongsong Dua Abad Kadipaten Pakulaman 18 Maret 1813. “Kok, tiba-tiba ada acara itu, ya, itu mukjizat bagi saya,” katanya.

KPH Ambarkusumo adalah putra tertua almarhum Pakualam VIII dari istri pertama KRAy Purnamaingrum, sedangkan KPH Anglingkusumo adalah putra dari istri kedua Pakualam VIII, KRAy Ratnaningrum. Menurut Anglingkusumo, penobatan Ambarkusumo sebagai PA IX menyalahi aturan karena lima dari putra PA VIII (dari istri kedua) masih menyatakan tak setuju. Maka penobatan itu bertentangan dengan surat PA VIII yang menyetujui RR Suratmi dari Keraton Surakarta sebagai istri tertua PA VIII. Sehingga, ujarnya, perhitungan tertua dilakukan dari trah Angling meskipun usia Ambarkusumo lebih tua. “Tapi surat itu kan tak pernah ditanggapi?” kata Angling.

Sebaliknya kubu Ambarkusumo meyakini perintah lewat surat itu hanya rekayasa Angling. “Mana buktinya? Enggak ada sampai saat ini,” kata kerabat Pakualaman KPH Kusumoparastho.

PRIBADI WICAKSONO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Cerita dari Kampung Arab Kini

2 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.


Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

6 hari lalu

Suasana Open House Lebaran yang digelar Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Komplek Kepatihan Yogyakarta, Selasa 16 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi


Kisah Pencak Silat Merpati Putih, Bela Diri Keluarga Keraton yang Dibuka ke Masyarakat Umum

21 hari lalu

Logo perguruan pencak silat Merpati Putih. wikipedia
Kisah Pencak Silat Merpati Putih, Bela Diri Keluarga Keraton yang Dibuka ke Masyarakat Umum

Sejumlah teknik dan jurus pencak silat awalnya eksklusif dan hanya dipelajari keluarga bangsawan. Namun telah berubah dan lebih inklusif.


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

42 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


Nyepi Di Candi Prambanan, Polisi Berkuda Patroli dan Tiga Akses Masuk Dijaga Bregada

43 hari lalu

Prajurit Bregada berjaga saat Nyepi di Candi Prambanan Yogyakarta Senin, 11 Maret 2023. Tempo/Pribadi Wicaksono
Nyepi Di Candi Prambanan, Polisi Berkuda Patroli dan Tiga Akses Masuk Dijaga Bregada

Kawasan Candi Prambanan Yogyakarta tampak ditutup dari kunjungan wisata pada perayaan Hari Raya Nyepi 1946, Senin 11 Maret 2024.


DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

46 hari lalu

Ziarah ke makam Kotagede Yogyakarta pada Kamis, 6 Maret 2024 digelar menjelang peringatan hari jadi ke-269 DIY (Dok. Istimewa)
DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram


Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

50 hari lalu

Perhelatan Sarkem Fest 2024 digelar di Yogyakarta. (Dok. Dinas Pariwisata Yogyakarta)
Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.


Sultan HB X Beri Pesan Untuk Capres Pasca-Coblosan: Semua Perbedaan dan Gesekan Juga Harus Selesai

14 Februari 2024

Gubernur DIY Sri Sultan HB X saat deklarasi damai Pemilu 2024 di Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Sultan HB X Beri Pesan Untuk Capres Pasca-Coblosan: Semua Perbedaan dan Gesekan Juga Harus Selesai

Sultan HB X seusai mencoblos hari ini memberikan pesan agar usai Pemilu, semua permasalahan, perbedaan antarcapres selesai.


Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Ilustrasi badai. Johannes P. Christo
Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.


Tahun Ini Usia Cirebon Lebih Muda, Apa Sebabnya?

9 Januari 2024

Ruang pertemuan di bangunan utama Keraton Kanoman, Cirebon, Jawa Barat. Tempo/Francisca Christy Rosana
Tahun Ini Usia Cirebon Lebih Muda, Apa Sebabnya?

Melalui hasil rapat panitia khusus disepakati ulang tahun Cirebon jatuh pada 1 Muharram 849 Hijriah