TEMPO.CO, Bandung - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mempertanyakan kesanggupan industri strategis Indonesia untuk memenuhi kebutuhan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) TNI. ”Kami bermaksud untuk memanfaatkan industri dalam negeri, tapi kapasitas mereka, kemampuan mereka juga terbatas,” kata dia di Bandung, Jumat, 2 Maret 2012.
Menurut Purnomo, pemerintah dan DPR sudah setuju untuk menyediakan pendaanan pemenuhan kebutuhan Alutsista dan TNI juga setuju menggunakan produk dalam negeri. ”Berpulang pada kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan ini. Itu yang kami pertanyakan,” kata dia. Yang dimaksud industri dalam negeri tersebut salah satunya PT Dirgantara Indonesia.
Dia menjelaskan, Kementerian Pertahanan telah membuat statistical record dalam beberapa tahun terakhir ini. Hasilnya mendapati sejumlah BUMN Industri Strategis sudah dalam posisi maximum capacity. ”Dalam beberapa tahun terakhir, terutama pada 2010-2011 ordernya meningkat pada kondisi tertinggi. Saya melihat pada 2012 ini sedikit menurun produksinya,” kata Purnomo.
Purnomo mencontohkan untuk pesanan 9 unit CN 295 yang dipesan dari PT Dirgantara Indonesia. Kontrak pembeliannya diteken di sela perhelatan Singapura Airshow beberapa waktu lalu. “Kami sudah menganggarkan, DPR juga akan membahasnya dalam masa sidang ini," kata dia
Pesawat CN 295 buatan PT Dirgantara Indonesia bersama Aribus Military itu diproyeksikan sebagai pesawat angkut militer untuk TNI. Pemerintah menargetkan pesawat itu rampung dalam 2,5 tahun ini. “Kami minta selesai pada 2014 sebelum pergantian kabinet. Artinya mereka harus bekerja keras untuk memenuhi target itu,” kata Purnomo. ”Saya kira mereka juga punya kebijakan terobosan untuk bisa menyelesaikan itu semua.”
Purnomo meminta BUMN Industri Strategis benar-benar profesional. “Kalau terjadi masalah di dalam kontrak, naik ke atas, ujung-ujungnya pemerintah lagi yang menanggung, Jadi ini yang saya tekankan, tolong BUMN profesional,” kata dia. “Ini sepeti revoluasi, sebuah gerak cepat yang harus dilakukan.”
Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia mengatakan, pihaknya tengah mempersiapkan diri, sambil menunggu cairnya dana yang dijanjikan pemerintah untuk revitalisasi. “Kami akan moderinisiri semua fasilitas assembly,” kata dia.
Budi mencontohkan, pihaknya sudah menyiapkan perencanaan untuk membelanjakan duit pembenahan fasilitas produksi pesawat. “Kami akan investasikan hampir sekitar 50 juta dollar Amerika," kata dia.
Dia mencontohkan perbaikan fasilitas final assembly untuk perakitan pesawat CN 295 dibutuhkan memangkas waktu produksi pesawat itu. Dengan pembenahan itu, waktu perakitan yang biasanya 6 bulan hinga 9 bulan bisa dikerjakan 2 bulan saja. ”Tapi ini bukan hanya untuk fasilitas CN 295, tapi untuk seluruh komponen perusahaan,” kata Budi.
Pembenahan fasilitas produksi itu ditargetkan rampung 2013 ini. Kendati demikian, Budi optimis, penyerahan pesawat pertama CN 295 untuk pesanan Kementerian Pertahanan bisa diserakan pada awal 2013 sambil merampungkan pembenahan fasilitas produksinya.
Budi mengatakan, perusahaannya mempersiapkan diri untuk fokus hanya mengerjakan pesanan pesawat untuk kebutuhan dalam negeri pada 2014 nanti. ”Kita masih punya 2 tahun untuk mencari pesanan keluar negeri,” kata dia.
AHMAD FIKRI