TEMPO.CO, Sukoharjo - Sekitar seribuan perangkat desa se-eks Karesidenan Surakarta melakukan aksi demo di pertigaan Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis, 12 Januari 2012. Aksi tersebut membuat pertigaan yang menghubungkan antara Solo, Semarang, dan Yogyakarta itu ditutup selama dua jam.
Para perangkat desa tersebut berdatangan dari Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar, Sragen, Klaten, dan Boyolali. Mereka berkumpul di pertigaan tersebut dengan mengendarai mobil dan ratusan sepeda motor. Dalam aksi tersebut, mereka berorasi secara bergantian di atas truk yang berhenti secara melintang di tengah jalan.
Baca Juga:
Koordinator Paguyuban Perangkat Desa (Parade) Nusantara se-Surakarta, Agus Tri Raharjo, menyebut mereka menuntut agar DPR segera mengesahkan Rancangan Undang-Undang tentang Desa. “Saat ini draf rancangan tersebut sudah berada di tangan DPR,” kata Agus. Mereka juga meminta agar DPR mampu memperjuangkan aspirasi perangkat desa dalam undang undang tersebut.
Salah satu poin yang dituntut oleh perangkat desa adalah pengalokasian 10 persen anggaran dalam APBN untuk kepentingan desa. “Kami nilai alokasi itu wajar, mengingat 70 persen masyarakat Indonesia hidup di pedesaan,” kata Agus. Pengalokasian itu diharapkan mampu mendukung program pembangunan di desa sehingga mampu bersaing dengan perkotaan.
Aksi para perangkat desa tersebut membuat polisi terpaksa menutup akses jalan di pertigaan Kartasura. Kendaraan dari arah Solo menuju Yogyakarta dan Semarang serta sebaliknya dialihkan melalui jalur alternatif. Wakil Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah Brigjen Sabar Raharjo juga meninjau langsung aksi itu.
“Aksi para perangkat desa digelar di tiga tempat sekaligus,” kata Sabar. Selain di Kartasura, aksi yang sama juga digelar di Batang serta Kudus. Meski harus menutup lalu lintas, polisi masih memberi toleransi kepada peserta aksi yang melakukan orasi di tengah jalan.
Sabar yakin, aksi yang dilakukan oleh perangkat desa tersebut akan berjalan aman dan tertib. “Mereka itu kan pamong desa,” katanya. Meski demikian, polisi dari polres sekitar juga dikerahkan untuk mengamankan aksi tersebut. “Mereka bersiaga di beberapa titik terdekat,” kata Sabar.
Para perangkat desa tersebut melakukan aksi dengan menggunakan seragam harian kepala desa. Sebagian dari mereka datang mengendarai sepeda motor dengan menggeber mesin layaknya orang kampanye. Bahkan ada salah satu peserta yang mencoreti pakaiannya dengan cat semprot. Selepas tengah hari, mereka membubarkan diri dengan tertib.
AHMAD RAFIQ