TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komisi Pertahanan, TB Hasanuddin, mengatakan DPR akan menolak pembelian tank Leopard bekas dari Belanda yang direncanakan oleh Kementerian Pertahanan. Menurutnya, tank jenis Leopard ini tak cocok dengan kondisi geografis Indonesia. "Tank seperti Leopard itu cocoknya untuk negara kontinental, untuk perang di gurun yang punya wilayah luas dan datar," ujarnya kepada wartawan di gedung MPR/DPR, Rabu 11 Januari 2011.
Kementerian Pertahanan berencana membeli 100 buah tank Leopard bekas angkatan bersenjata Belanda. Tank buatan Jerman ini rencananya akan digunakan untuk memperkuat armada TNI Angkatan Darat di wilayah perbatasan Kalimantan. Namun niatan itu tampaknya akan sulit mengingat sebagian parlemen Belanda tak menyetujui pembelian tank ini.
Menurut TB Hasanuddin, pembelian tank jenis Leopard yang berbobot 60 ton ini akan mubazir. Pasalnya, tidak sesuai dengan kebutuhan TNI AD. "Yang kita butuhkan sesuai dengan renstra itu tank jenis menengah, bukan tank berat seperti ini," ujarnya. Ia mengatakan Leopard yang memiliki jarak tembak efektif 6 kilometer tak akan berfungsi maksimal jika dioperasikan di wilayah hutan. "Karena tank seperti ini idealnya digunakan di daerah yang luas dan datar seperti gurun," ujarnya.
Ia juga mengaku heran dengan kebijakan Kementerian ini. Pasalnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah menginstruksikan pembuatan tank jenis menengah untuk memperkuat alat utama sistem persenjataan TNI AD. "Pindad itu sudah buat prototipenya. Makanya, kok ini tiba-tiba malah beli tank berat," ujarnya.
Anggota Fraksi PDI Perjuangan ini menambahkan DPR sendiri belum menyetujui anggaran pembelian Leopard ini. "Di APBNP 2011 tidak ada, di APBN 2012 juga tidak ada, nggak tahu mereka akan bayar pakai apa," ujarnya.
Mantan Sekretaris Militer di Era Megawati Soekarno Putri ini juga mengatakan DPR akan mengupayakan agar pembelian tank ini digagalkan. Caranya, "Kami akan ke Belanda untuk berbicara dengan parlemen Belanda yang tidak setuju pembelian ini," ujarnya.
FEBRIYAN