TEMPO.CO, Tulungagung - Kepolisian Daerah Jawa Timur masih memeriksa tiga orang nelayan yang diduga mengangkut para imigran dari Pantai Popoh, Kecamatan Besuki, Tulungagung. Para imigran itu dilaporkan mengendarai kapal feri untuk diseberangkan ke Pulau Christmas Australia.
Wakil Kepala Polda Jawa Timur Brigadir Jenderal Eddi Sumantri mengatakan, tiga nelayan tersebut merupakan warga Tulungagung yang terdiri dari dua pelaut dan satu pemilik perahu. Mereka diduga membantu menyeberangkan para imigran dari bibir pantai ke kapal feri. "Ketiganya masih sebagai saksi," kata Eddi di Mapolres Tulungagung, Selasa, 20 Desember 2011.
Ketiga nelayan itu diamankan dan dimintai keterangan petugas Kepolisian Resor Tulungagung pada Senin kemarin. Dua nelayan, yakni Joko, 20 tahun, dan Roni, 34 tahun, dijemput dari kawasan nelayan di Pantai Popoh. Sedangkan Bambang, pemilik kapal Barokah yang digunakan mengangkut imigran dari darat ke kapal feri dijemput kemarin petang dari rumahnya.
Ditemui di sela-sela pemeriksaan di Mapolres Tulungagung, Roni mengaku mendapat perintah dari Bambang untuk membawa penumpang ke kapal feri. Kapal tersebut tak bisa merapat ke pantai karena ukurannya yang cukup besar hingga mencapai tiga tingkat.
Menurut Roni, para imigran itu datang ke kawasan wisata Bahari Pantai Popoh sekitar pukul 01.30 WIB, Sabtu, 18 Desember 2011, dengan mengendarai empat bus. Begitu turun dari bus, para imigran yang terdiri dari pria, wanita, dan anak-anak itu diminta menunggu di bibir pantai. Mereka diangkut dua kali menggunakan perahu Barokah yang dikemudikan Roni dan Joko menuju kapal feri yang menunggu agak jauh dari pantai. "Saya tidak tahu persis berapa jumlahnya, mungkin lebih dari 200 orang," kata Roni.
Untuk pekerjaan itu, Roni mengaku diberi imbalan Rp 50 ribu oleh Bambang. Sejumlah orang Indonesia yang turut dalam rombongan imigran itu juga meminta para nelayan lain yang berada di dekat lokasi pemberangkatan untuk menjauh. Mereka diberi imbalan uang agar tidak melihat pemberangkatan tersebut.
Roni sangat yakin jika para penumpang yang di antarnya ke kapal feri merupakan korban kecelakaan yang terjadi di perairan Prigi, Trenggalek. Selain kemiripan wajah, lokasi dan waktu musibah dengan pemberangkatan sangat berhubungan, apalagi kecelakaan itu terjadi sekitar lima jam setelahnya. "Saya yakin itu mereka," katanya.
Hingga kini polisi masih belum berani memastikan rute para imigran itu, apakah benar-benar naik dari Pantai Popoh atau bukan. Meski para nelayan mengakui peristiwa itu, namun masih harus dicocokkan dengan keterangan imigran yang selamat.
Dugaan digunakannya Pantai Popoh sebagai jalur imigran gelap ini dikuatkan pengakuan beberapa nelayan setempat. Beberapa bulan lalu mereka juga melihat 16 warga asing yang datang dengan kendaraan dan naik ke kapal feri dengan bantuan perahu nelayan.
HARI TRI WASONO