Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tragedi Rawagede, Apa Alasan Belanda Gelar Operasi Pembantaian?  

image-gnews
Sejumlah veteran perang berziarah di Taman Makam Pahlawan Sampurna Raga, Monumen Rawa Gede, Karawang, Jabar. TEMPO/Subekti
Sejumlah veteran perang berziarah di Taman Makam Pahlawan Sampurna Raga, Monumen Rawa Gede, Karawang, Jabar. TEMPO/Subekti
Iklan

TEMPO Interaktif - Tangsi Belanda, Karawang, di awal Desember 1947. Komandan Kompi Karawang, Mayor Alphons Wijman, memperhatikan laporan tentang Rawagede dari jaringan mata-matanya. Mereka melapor, di kampung berpenduduk tak lebih dari 500 orang itu, ada tentara Indonesia dengan kekuatan 40 sampai 60 senapan dan satu senjata mesin.

Sudah sebulan Wijman mengawasi Rawagede--kini bagian dari Desa Balongsari. Pedukuhan itu disebut sebagai zona terpanas di distriknya, Karawang. Sejak direbut Belanda, Karawang, kawasan seluas 1000 meter persegi, tak pernah sungguh-sungguh takluk.

Wijman pusing.  Aksi bajak kereta uap trayek Krawang-Rengas Dengklok dikeler 10 orang bersenjata. Jaraknya setengah mil dari Stasiun Rawagede. Juru mesin, juru api, dan sekitar 20 awak kereta disandera. Tiga yang berhasil kabur. Ini adalah satu dari sekian aksi yang diduga Belanda bahwa pelakunya adalah tentara Indonesia yang beroperasi tanpa seragam.

Membaca gerakan, Wijman memutuskan aksi "pembersihan". Bala bantuan dikirimkan dari Batalion Infanteri 3 dan Resimen Infantri 9 (Cikampek), Brigade Infanteri 2 (Purwakarta), dan Divisi 7 Desember yang bermarkas di Bandung. Hari operasi ditetapkan:  Selasa, 9 Desember 1947, pukul 5.30 pagi.

Namun, operasi itu sempat bocor. Adalah Dajat, warga Kampung Bubulak--12 kilometer dari Rawagede—tertangkap warga Rawagede. Dajat diperintah ayahnya menyelidiki Rawagede. Tanu, ayah Dajat adalah bintara polisi yang belakangan jadi asisten wedana dan dikenal warga sebagai cuak (mata-mata) Belanda.

Lepas Ashar, lima hari sebelum operasi berlangsung, Dajat dicokok warga dan digebuki. Bakal dihukum penggal, Dajat sukses melarikan diri malam harinya. Ia pun melapor ke ayahnya, juga Kalim. Kalim adalah cuak kolega Tanu yang bekerja sebagai detektif polisi Belanda. Keduanya lalu melapor ke Markas Belanda di Krawang. 

Kisah penangkapan Dajat ini belakangan diungkap Dr J. Leimena, Ketua Komite Khusus Republik Indonesia untuk Tragedi Rawa Gede. Leimena mengirimkan kronologis tragedi Rawa Gede dalam suratnya ke Tim Jasa Baik PBB pada 3 Januari 1948. Disebutkan pula, operasi militer Belanda di Rawagede berpokok dari laporan mata-mata mereka yang tertangkap rakyat Rawagede, namun berhasil meloloskan diri.

Boleh jadi, Belanda memang sudah geregetan dengan kawasan ini. Tim Jasa Baik PBB, dalam laporan investigasinya menyebut, “ Oleh Belanda, Rawagede dianggap sebagai markas besar gerombolan bersenjata dan Lurah Rawagede adalah salah satu otaknya," begitu tulis PBB.

Posisi Rawagede memang strategis. Terletak 25 kilometer dari Alun-alun Karawang, kawasan ini dilintasi jalur kereta api Karawang-Cikampek-Rengasdengklok.  Rengasdengklok sendiri adalah salah satu gudang senjata dan material Jepang. Di sana, ada bekas markas pasukan Pembela Tanah Air (Peta).

Syahdan, bukan lantaran posisinya saja yang strategis Rawagede bisa jadi basis pejuang Indonesia di kawasan seputar Batavia. Kisah perlawanan pejuang Rawagede juga sudah popular saat itu.

"Tentara Belanda sejak masuk ke Karawang tak pernah berani ke Rawagede” kata Sa’ih, mantan pejuang yang tinggal di Rawagede. “ Beberapa kali Belanda masuk Rawagede, tapi selalu digempur sehingga mereka pulang lagi ke markas,"

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tapi juga lantaran para tentara Indonesia dan para pejuang itu di bawah komando Kapten Lukas Sutaryo. Lukas--lelaki yang dijuluki begundal Karawang-Bekasi--itu memang bikin gerah Belanda lantaran aksi penyerangan pasukan laskar pimpinan kapten berani mati itu.

Lukas dikenal bermata jeli bagai elang dan licin bagai belut. Ia dikenal selalu lolos dalam penyergapan. Letnan Dua Purnawirawan Soepangkat--salah satu anak buahnya--bertutur, Lukas punya kehebatan bertempur jarak dekat. Komandannya itu suka menyerang konvoi militer dan markas pertahanan Belanda di daerah perbatasan Jakarta-Jawa Barat.

Kepiawaian Lukas membuat Belanda menjadikannya musuh nomor satu di kawasan Jawa Barat. Militer Belanda menawarkan hadiah 10 gulden bagi siapa saja yang bisa menangkap Lukas dalam keadaan hidup dan mati.

Lukas sendiri tinggal di Rawagede. Kawasan ini, menurut Soepangat, tak hanya basis, tapi juga lintasan pejuang revolusi kemerdekaan. Tak heran juga, Belanda mencari Lukas di sana. " Ada info Lukas berada di Rawagede. Karena Belanda mencari Lukas tak ketemu, desa itu jadi sasaran."

Namun, hari-hari menjelang itu, Lukas sedang perang gerilya ke Markas Belanda di Pabuaran, Pamanukan, Subang hingga CIkampek.

Sehari sebelum operasi berlangsung, Lukas sempat pulang ke Rawagede. Ia juga sedang diuber pasukan NICA. Sukarman, salah satu anak buahnya yang masih hidup bertutur, Lukas masuk Rawagede hari Senin, jam 07.00 pagi, tanggal 8 Desember 1947. “ Tapi ia tidak lama” ujarnya.

Pukul 15.00 WIB, Lukas dan pasukannya bergerak menyerang Markas Belanda di Cililitan. Lukas bahkan tak tahu Rawagede dibantai Belanda yang sedang mencarinya.

Hanya satu jam setelah Lukas pergi dari Rawagede, Mayor Wijman dan pasukannya membawa kendaraan tempur menuju kampung itu.

BUNGA MANGGIASIH | ALI ANWAR | SURYANI IKA | WIDIARSI AGUSTINA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Penelitian Buktikan Kekejaman Militer Belanda di Indonesia, PM Rutte Minta Maaf

18 Februari 2022

Seorang veteran melintasi Monumen Korban 40.000 jiwa usai upacara mengenang pembantaian 40.000 jiwa ke-68 di Makassar, 11 Desember 2014. Pembantaian 40.000 rakyat Indonesia tersebut terjadi pada 1946 oleh pasukan sekutu yang dipimpin Raymond Paul Pire Westerling di sebagian besar wilayah pesisir barat Sulawesi Selatan dan Barat meliputi Kotapraja, Afdeling, Bonthain (Bantaeng), Parepare dan Mandar, yang diperingati tiap 11 Desember.TEMPO/Fahmi Ali
Penelitian Buktikan Kekejaman Militer Belanda di Indonesia, PM Rutte Minta Maaf

PM Mark Rutte minta maaf kepada Indonesia setelah tinjauan sejarah menemukan militer Belanda menggunakan kekerasan berlebihan dalam Perang Kemerdekaan


5 Orang Indonesia Gugat Kejahatan Perang Belanda Selama Revolusi

2 Oktober 2019

Seorang Veteran perang berjalan melitasi dinding berisi nama-nama pahlawan yang telah gugur usai melakukan ziarah di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, 10 Agustus 2015. Ziarah ini bertujuan untuk mengingat kembali perjuangan para Veteran dan rekan-rekannya yang telah gugur dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia serta merupakan rangkaian dari Peringatan Hari Veteran. TEMPO/Dhemas Reviyanto
5 Orang Indonesia Gugat Kejahatan Perang Belanda Selama Revolusi

Pengadilan banding Den Haag menerima gugatan lima orang Indonesia atas kejahatan perang Belanda selama zaman revolusi kemerdekaan RI pada 1947.


Negosiasi Ganti Rugi Pembantaian Westerling Alot

10 Agustus 2013

Raymond Westerling.
Negosiasi Ganti Rugi Pembantaian Westerling Alot

Menurut Jeffry, kebuntuan yang terjadi pada bulan April tersebut berakhir karena itikad baik dari Menteri Luar Negeri Belanda Frans Timmermans.


Korban Agresi Militer Diajak Gugat Belanda  

16 Agustus 2012

Peristiwa pembantaian Rawagede. pierrescolumn.punt.nl
Korban Agresi Militer Diajak Gugat Belanda  

Meski sudah nyaris tujuh dekade berlalu, Komite Utang Kehormatan Belanda berpendapat Belanda tetap harus bertanggung jawab atas kejahatan perang.


Ternyata Sulit Mendata Ulang Korban Westerling

10 Desember 2011

Raymond Westerling.
Ternyata Sulit Mendata Ulang Korban Westerling

Baru delapan janda korban Westerling yang saya pegang, kami kesulitan melakukan pendataan, kata anggota pengurus KUKB, Ivonne.


Masih Ada 76 Kasus Kejahatan Perang Belanda di Indonesia  

10 Desember 2011

Raymond Westerling.
Masih Ada 76 Kasus Kejahatan Perang Belanda di Indonesia  

Di antara puluhan kasus itu, ada peristiwa Westerling.


Pemerintah Belanda Dinilai Berlama-lama Urus Rawagede

10 Desember 2011

Liesbeth Zegveld, Pengacara korban Rawa Gede, tersenyum saat peringatan Rawa Gede di Taman Makam Pahlawan Sampurna Raga, Karawang, Jawa Barat (9/10). Pemerintah Belanda diwakili Tjeerd de Zwaan, Dubes Belanda untuk RI, menyampaikan permintaan maaf dan memberikan kompensasi sebesar 20 ribu Euro/orang (Rp243 juta). TEMPO/Subekti
Pemerintah Belanda Dinilai Berlama-lama Urus Rawagede

Ketua Umum Komite Nasional Pembela Martabat Bangsa Indonesia Batara Hutagalung menilai pemerintah Belanda sengaja berlama-lama mengurus gugatan warga Rawagede.


Marty Sambut Kedatangan De Zwaan di Rawagede

9 Desember 2011

Tjeerd Telco De Zwan. TEMPO/Subekti
Marty Sambut Kedatangan De Zwaan di Rawagede

Menurut Marty, peristiwa penting ini juga menjadi pengakuan pemerintah Belanda bahwa kemerdekaan Indonesia berlangsung pada 1945.


Tragedi Rawagede, Seperti Apa Pembantaian Itu?

9 Desember 2011

Cawi binti Baisa berdoa di makam suaminya di taman makam pahlawan Rawagede, Jawa Barat. AP/Achmad Ibrahim
Tragedi Rawagede, Seperti Apa Pembantaian Itu?

Tragedi itu terjadi 64 tahun lalu. Tentara yang murka mengepung kampung dan membantai ratusan pria di Rawagede, Karawang. Seperti apa penyerbuan itu?


Di Rawagede, Pemerintah Belanda Minta Maaf

9 Desember 2011

Sejumlah janda korban peristiwa Rawa Gede. TEMPO/Subekti
Di Rawagede, Pemerintah Belanda Minta Maaf

Permintaan maaf, kata De Zwaan, bukan hanya mewakili pemerintah Belanda, tetapi juga seluruh rakyat Belanda kepada warga Rawagede.