TEMPO Interaktif, Kupang - Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) melakukan pemantauan dan pendataan ihwal kondisi jembatan di seluruh kabupaten dan kota di provinsi tersebut. Pendataan untuk menghindari kejadian ambruk seperti yang menimpa jembatan Kartanegara di Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum NTT, Andre Koreh, menjelaskan pemantauan dan pendataan dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal ekstrem yang menimpa jembatan akibat bencana alam ataupun human error. “Seluruh infrastrktur, termasuk jembatan, kami data kembali kondisinya,” katanya kepada wartawan usai upacara Hari Bakti ke-66 PU di Kupang, Sabtu, 3 Desember 2011.
Andre Koreh tidak memerinci berapa banyak jumlah jembatan di seluruh kabupatan dan kota di NTT. Namun dia mengatakan pendataan akan dilakukan secara detail menyangkut badan jembatan, beton yang menjadi kaki penyanggah, hingga baja penahan jembatan.
Andre menjelaskan secara teknis rata-rata jembatan di NTT mampu bertahan untuk masa waktu 50 hingga 60 tahun. Konstruksi jembatan juga dibangun dengan tingkat keamanan yang tinggi. Daya tahan beban puncak jembatan juga akan ditambah 2,5 ton, sehingga tetap aman meski terjadi bencana.
Ihwal pembangunan dua jembatan, yakni jembatan Lai Jani di Kabupaten Sumba Timur dan jembatan Oeling di Kabupaten Alor, diakui Andre bakal mengalami keterlambatan. Hingga saat ini baru mencapai 70 persen. Namun bukan dihentikan akibat kasus rubuhnya jembatan Kartanegara. "Terlambat pembangunannya karena terjadinya kelangkaan semen. Itu bisa kami terima," ujarnya.
Ramainya pemberitaan tentang robohnya jembatan Kartanegara di Tenggarong membuat warga So'e, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), harus berhati-hati saat melewati jembatan Noelmina sepanjang 240 meter.
Jembatan tersebut menghubungkan daerah-daerah di ujung barat Pulau Timor, seperti Kupang hingga daerah-daeah di ujung Timur, termasuk Kabupaten TTS. "Ya, kami takut juga melintas setelah ada kasus jembatan runtuh di Kalimantan," tutur Edi, salah seorang warga So’e.
YOHANES SEO