TEMPO Interaktif, Jakarta - Setelah jembatan Kutai Kartanegara ambruk, arus lalu lintas yang menghubungakan Kecamatan Tenggarong Selatan dan Tenggarong Kota lumpuh total. Alasannya, sejak diresmikan pada 2001 jembatan ini menjadi penghubung satu-satunya di kedua lokasi itu. Jembatan ini juga merupakan akses menuju Kota Samarinda ataupun sebaliknya yang dapat ditempuh hanya sekitar 30 menit.
Mengatasi lumpuhnya arus transportasi ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berencana membangun pelabuhan ferry sementara. Pelabuhan darurat rencananya akan dibangun tak jauh dari jembatan yang runtuh. "Pembangunan agar aktivitas sosial ekonomi masyarakat di Kutai Kartanegara tetap berjalan," ujar juru bicara BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Ahad, 27 November 2011.
Menurut Sutopo, pembangunan jembatan saat ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat setempat. Sebab jembatan Tenggarong merupakan prasarana ekonomi strategis yang menghubungkan Kutai Kartanegara dengan daerah lainnya.
Untuk pembangunan jembatan ini BNPB akan bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. "Besarnya dana dan spesifikasi teknis sedang disiapkan."
Untuk pembangunan, skema usulan kegiatan dibuat oleh Gubernur Kalimantan Timur yang disetujui Menteri Pekerjaan Umum. Kementerian Pekerjaan Umum kemudian menujukan surat itu kepada Kepala BNPB untuk disiapkan anggaran yang diambil dari dana "on call".
Jembatan yang melintas di atas Sungai Mahakam ini merupakan jembatan gantung terpanjang di Indonesia dengan bentang bebas mencapai 270 meter. Secara keseluruhan panjang jembatan ini melebihi 700 meter. Kemarin, Sabtu, 26 November 2011, sekitar pukul 16.30 WITA jembatan ini roboh dan menyebabkan empat orang tewas dan puluhan korban luka.
IRA GUSLINA