TEMPO Interaktif, Bandar Lampung - Membanjirnya bawang impor membuat bawang lokal menghilang di pasar tradisional di Bandar Lampung. Para pedagang mengaku terpaksa memilih bawang impor asal Vietnam dan Cina karena tak mendapatkan pasokan dari petani.
"Selain harganya lebih murah, bawang merah dan putih import mudah didapat," kata Suryanto, salah seorang pedagang bawang di Pasar Induk Tamin, Bandar Lampung, Kamis, 10 November 2011.
Suryanto mengatakan di Pasar Tamin setiap hari kedatangan 10 ton bawang merah dan 5 ton bawang putih. Bawang-bawang itu kemudian didistribusikan ke seluruh pasar tradisional yang ada di Bandar Lampung. Harga bawang merah asal Vietnam saat ini berkisar Rp 6.500 hingga Rp 8.000 per kilogram. Sementara bawang putih Rp 6.300 per kilogram.
Menurut pedagang, bawang lokal asal Liwa, Lampung Barat, dan Brebes, Jawa Tengah, sudah tidak masuk ke Lampung sejak tiga bulan terakhir. Harga bawang lokal lebih tinggi Rp 1.000-Rp 2.000 per kilogram.
"Sudah mahal, pasokan seret. Padahal warga lebih suka bawang lokal karena aromanya lebih wangi," katanya.
Para pedagang mengaku heran dengan membanjirnya barang impor itu. Semestinya pemerintah memperketat masuknya produk pertanian asal luar negeri untuk melindungi petani.
"Jika tidak, bawang merah asal Brebes tinggal kenangan," ujarnya.
Dinas Perdagangan dan Perindustrian Lampung belum memiliki data pasti jumlah bawang impor yang beredar di Lampung. Mereka berdalih, bawang impor masuk ke Lampung melalui Jakarta.
"Angka pastinya belum ada. Selama ini, bawang dipasok dari Pulau Jawa bersama bawang lokal," kata Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Lampung, Ishak.
NURROCHMAN ARRAZIE