TEMPO Interaktif, Kediri - Orang tua murid Sekolah Dasar Negeri Tamanan, Kota Kediri, Jawa Timur, mengamuk di kantor sekolah. Mereka mengancam akan mengeroyok guru karena kerap memukul dan menendang murid-muridnya.
Aksi orang tua murid yang dilakukan saat jam pelajaran berlangsung pagi tadi sontak mengejutkan guru-guru. Sekitar sepuluh wali murid mendatangi kantor dan mengamuk. Mereka mencari guru bernama Bambang Subekti yang dilaporkan kerap memukul saat mengajar. “Mana yang namanya Bambang,” ujar salah seorang orang tua murid, Rudi, Selasa, 1 November 2011.
Menurut laporan yang diterima dari anaknya, Bambang kerap melakukan tindakan tidak terpuji saat mengajar. Guru kelas IV itu suka memukul menggunakan kayu dan menendang anak didiknya. Dia juga kerap merokok dan menyuruh muridnya membeli rokok di warung saat jam pelajaran berlangsung.
Rudi dan orang tua siswa lainnya mengaku terpaksa melakukan tindakan sendiri setelah berulang kali melaporkan tindakan Bambang kepada Kepala Sekolah, tapi tak mendapat tindak lanjut. Untuk menghentikan perilaku mengajar Bambang yang keterlaluan, mereka meminta guru tersebut dikeluarkan dari sekolah. “Jika besok pagi dia masih mengajar disini, kami tidak menjamin keselamatannya di jalan,” kata Rudi yang disambut teriakan orang tua lainnya.
Untuk meredam kemarahan, Kepala Sekolah Gufron Rosyadi langsung mempertemukan mereka dengan Bambang di ruang guru. Namun orang tua siswa yang telanjur marah justru memanfaatkan pertemuan itu untuk mengadili Bambang. Di depan guru lainnya, dia dihujat dan dimaki-maki karena tidak layak menjadi seorang pendidik.
Melihat hal itu, Gufron langsung memutuskan memindahkan Bambang ke sekolah lain. Selain meredam kemarahan warga, hal itu dilakukan sebagai hukuman atas perilaku mengajar Bambang yang kerap menuai keluhan. “Saya sudah sering mengingatkan, tapi beliau belum bisa menempatkan diri,” kata Gufron.
Sejumlah siswa yang ditemui di sekolah mengungkapkan guru tersebut kerap melakukan tindakan fisik. Di antaranya memukul menggunakan tongkat kayu pada bagian kepala siswa. “Kaki saya juga ditendang kalau tidak mengerjakan PR,” kata Dhea Febriani, siswa kelas IV.
Sementara itu Bambang yang berusaha menghindar saat dikonfirmasi tuduhan itu terus membantah. Menurutnya semua yang disampaikan orang tua siswa adalah bohong. “Anak-anak saja yang nakal, ini sebenarnya persoalan sepele,” katanya sambil berlalu.
HARI TRI WASONO