TEMPO Interaktif, Jakarta:- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunjuk Letnan Jenderal TNI Marciano Norman sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) menggantikan Sutanto. Ini artinya, kembalinya badan intelijen itu dipimpin militer aktif,
Apa makna penunjukkan ini dan apa yang seharusnya dilakukan BIN dalam menghadapi situasi saat ini, berikut petikan wawancara Tempo dengan mantan Kepala Badan Intelijen Hendropriyono.
Apa pendapat Bapak soal pemilihan Kepala BIN Marciano Norman?
Pemilihan kepala BiN tentu dikenal dengan penggunanya yaitu Presiden. Presiden tak akan memilih orang yang tidak dia kenal dengan baik, kesetiannya dan kualitasnya. Karena itu dipilih Marciano. Saya rasa Marciano punya pengalaman di berbagai bidang dan cukup lengkap termasuk pengalaman di intelijen. pendidikan intelijen cukup saja tapi pengalaman prakteknya yang sangat menonjol.
Contoh pengalaman itu apa saja?
Di intelijen militer dia lebih menonjol di pertempuran, Intelijen strategis. Di luar negeri pengalamannya menonjol, di pendidikan sekolah, dia pandai.
Sosok Marciano menurut Anda?
Orangnya tenang, dan pendiam. Biasanya kalau orang pendiam itu kalau menganalisa sesuatu cukup mendalam dan tidak sembarangan atau sembrono. Apalagi dalam Undang-undang intelijen yang memberikaan pembatasan disamping keleluasaan sehingga dia harus pandai memainkan seni di dalam celah-celah itu.
Pekerjaan yang berat di Indonesia saat ini adalah terorisme. Di bawah Marciono apa pesan-pesan Anda?
Semenjak kita dulu menganalisis filsafat terorisme sampai patah tumbuh hilang berganti. Sudah saatnya di bawah kepemimpinan Marciono kita melihat pada akar masalahnya. Akar terorime adalah ideologi. Kalau yang menyangkut ekonomi, sosial, perabadan, politik dan lain-lain hanya masalah tambahan saja. Islam Mazhab Indonesia. Dan ideologi akan tumbuh subur pada habitatinya. Habitatnya adalah masyarakat fundamentalisis. Terutama masyarakat muslim yang bertafsir kafiriah, yakni masyarakat yang mengkafir-kafirkan orang lain, sensitif, gampang meledak-ledak, suka kekerasan.
Itulah tanda-tanda habitat terorisme. Sehingga akar terorisme itu ideologi berkembang biak di situ. Itulah yang menyebabkan pohon terorisme subur, sehingga daun-daun teroris itu banyak. Kalau ditebas tumbuh lagi. Saya kira PR BIN bagaimana menetralisir habitatnya.
Apa pandangan Anda mengenai cara mencegah terorisme?
Saya punya pandangan pribadi dengan memanfaatkan aparat territorial akan sangat efektif dan efisien untuk penggalangan dan pembinaan teritorial. Dengan BInTER dan DAL habitat bisa di netralisir. Dengan begitu ideologi bisa ditelusuri ke daunnya. Mudah-mudahan Marciano punya pemikiran seperti ini dan mungkin bisa lebih jauh karena selama ini kita sudah makan pelajaran yang mahal. Jangan menunggu pelajaran yang sama. Pelajaran mahal yang sudah kita peroleh ini sekarang mulai meningkatkannya dengan obat yang lebih mujarab.
Kepala BIN sekarang kembali ke tentara setelah sebelumnya dipegang polisi. Apakah akan memberi perubahan positif untuk TNI mengingat yang saya dengar TNI sangat tidak gembira saat BIN dipegang polisi?
Saya kira dari polisi ke tentara atau sipil tidak ada bedanya. Karena BIN itu badan intelijen sipil, jadi siapa saja bisa asalkan punya kualitas dan cocok dengan persyaratannya.
Apakah dengan kembalinya BIN ke TNI soliditas intelijen akan terjaga dengan baik?
Saya kira ndak ada masalah tuh. Kita mengumpulkan pengalaman dan kita cukup punya pengalaman sudah waktunya kita simpulkan. Soal tentara polisi ini adalah badan sipil tidak mau tahu dari mana saja yang penting kemampuannya
Akhir-akhir ini ada yang menilai BIN sering kecolongan dalam banyak hal? Apakah Anda punya harapan Kepala BIN yang baru?
Kita kan sekarang tambah tua tambah banyak pengalamannya. Selamat bertugas untuk Marciano di instansi.
Cukup puas dengan pemilihan Presiden untuk Kepala BIN ini?
Oh yayaya. Kali ini tepat.
Berarti yang sebelumnya tidak tepat?
Bukan begitu. Bukan yang lalu tidak. Menurut saya Tanto juga tidak jelek banyak berbuat. Persoalannya sistemnya belum ketemu. Belum memikirkan pada habitat tapi baru sebatas pemikiran saja, deradikalisasi. Itu kan belum dikonsep siapa berbuat apa. Sudah menurut saya territorial saja.
BERNADA RURIT