TEMPO Interaktif, Gorontalo - Kehadiran Wakil Presiden Boediono memperingati Hari Pangan Sedunia di Gorontalo, Kamis, 20 Oktober 2011, diwarnai unjuk rasa mahasiswa dari berbagai organisasi ekstra kampus.
Di depan pintu gerbang Universitas Negeri Gorontalo, sekitar 20-an mahasiswa dari Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) berunjuk rasa menuntut agar SBY-Boediono mundur dari jabatannya. Kepemimpinan SBY-Boediono dinilai tidak mampu menyelesaikan berbagai masalah kerakyatan yang ada di Indonesia serta hanya menjadi perpanjangan tangan kepentingan antek-antek asing.
"Sudah sepantasnya SBY-Boediono turun dari jabatannya. Apalagi saat ini mereka hanya sibuk dengan pergantian di kabinet dan melupakan persoalan rakyat," kata koordinator aksi LMND, Fandy. Pergantian menteri di Kabinet Indonesia Bersatu II, lanjutnya, bukanlah solusi, melainkan hanyalah ilusi kesejahteraan rakyat.
Selain LMND, sekitar 50-an mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) juga berunjuk rasa menolak kedatangan Wakil Presiden Boediono di Gorontalo. Aksi yang dilakukan tak jauh dari pintu gerbang Universitas Negeri Gorontalo itu dilakukan dengan cara membakar ban. Mereka menuntut SBY-Boediono mundur dari jabatannya.
"Berbagai masalah korupsi, seperti penyelesaian masalah Century, tidak pernah tuntas," kata salah satu orator, Sudarman Uba. Menurut mahasiswa, hal itu telah memberi bukti bahwa SBY-Boediono gagal memimpin Indonesia.
Wakil Presiden sendiri sudah berada di Gorontalo sejak Rabu, 19 Oktober 2011, sekitar pukul 20.00 waktu setempat. Boediono membuka peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) yang dipusatkan di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, 20 Oktober 2011 pagi.
CHRISTOPHEL PAINO