TEMPO Interaktif, Timika - Amnesty International mendesak pemerintah Indonesia menyelidiki tindak kekerasan aparat dalam mengatasi unjuk rasa pekerja PT Freeport Indonesia di Papua, Senin 10 Oktober 2011 lalu. Aksi demo telah menyebabkan seorang warga tewas tertembak dan lainnya terluka. Lembaga yang bermarkas di London, Inggris, itu menilai polisi Indonesia belum belajar meredam unjuk rasa tanpa menimbulkan korban meninggal.
Sam Zarifi, Direktur Amnesty International Asia-Pasifik, mengatakan tugas polisi seharusnya melindungi diri dan menegakkan hukum. "Tapi, yang terjadi, mereka menembaki para pemrotes hingga memancing kericuhan," ujar Sam melalui surat elektronik kepada wartawan Selasa, 11 Oktober 2011 kemarin.
Korban tewas bernama Petrus Ayamseba, 36 tahun, karyawan PT Pangansari, perusahaan penyedia makanan untuk karyawan PT Freeport. Petrus terkena peluru yang diduga berasal dari senjata api polisi. Insiden ini pecah ketika aksi menuntut peningkatan kesejahteraan pekerja berubah menjadi bentrokan dengan aparat di depan Terminal Gorong-gorong.
Kondisi Timika hingga kemarin masih mencekam. Ribuan orang berkumpul di depan kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Timika, tempat jenazah Petrus disemayamkan. Karyawan Freeport mendesak ada pihak yang bertanggung jawab atas terbunuhnya Petrus.
Salah satu pengurus Pimpinan Unit Kerja Serikat Pekerja Kimia, Energi, dan Pertambangan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia, Virgo Solossa, mengatakan tuntutan terhadap PT Freeport belum berhenti. "Kami terus menyoal jika manajemen Freeport tidak memperhatikan tuntutan karyawan,” kata dia.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Darwin Zahedy Saleh mengatakan PT Freeport tetap beroperasi dan melakukan kegiatan produksi seperti biasa. "Sampai hari ini (kemarin), produksinya masih di angka normal," kata Darwin.
Juru bicara Freeport, Ramdhani Sirait, memastikan kegiatan produksi tambang emas tidak terganggu meski terjadi demo karyawan yang berstatus kontrak. "Produksi berjalan seperti hari-hari sebelumnya," ujar dia.
Konselor Urusan Ekonomi Kedutaan Besar Amerika untuk Indonesia, James A. Carouso, menilai konflik di Freeport tak berpengaruh terhadap kerja sama ekonomi kedua negara. "Itu biasa, ada perselisihan antara perusahaan dan pekerjanya," kata dia kepada Tempo di Yogyakarta kemarin. Dia berharap manajemen Freeport bisa segera menyelesaikan masalahnya secara mandiri.
CUNDING LEVI | TJAHJONO EP | GUSTIDHA BUDIARTIE