TEMPO Interaktif, Serang - Aktivitas kegempaan Gunung Anak Krakatau mencapai 6.527 kali. Ketinggian kepulan asap yang keluar dari gunung yang berlokasi di Perairan Selat Sunda itu mencapai 25 meter.
Menurut Kepala Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau Anton Tripambudi, kepulan asap yang membubung tinggi berwarna putih tersebut terlihat dari pos pemantau Gunung Anak Krakatau di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten.
Walaupun jumlah kegempaan itu tergolong tinggi, hingga saat ini belum ada peningkatan status untuk Gunung Anak Krakatau karena kegempaan yang terjadi masih fluktuatif. “Untuk status Gunung Anak Krakatau masih level III atau Siaga, dan rekomendasi kami yaitu melarang warga mendekat dengan radius 2 kilometer,” kata Anton, Selasa, 11 Oktober 2011.
Menurut dia, aktivitas Gunung Anak Krakatau tidak mempengaruhi kegiatan di Perairan Selat Sunda hingga pesisir pantai di Provinsi Banten. Setiap letusan itu terjadi nelayan tetap melakukan aktivitas melaut, kapal roll on–roll off (Ro-Ro) yang biasa melayani penyeberangan Merak, Banten, menuju Bakauheni, Lampung, tetap beroperasi.
Warga di sekitar Anyer hingga Pasauran juga tetap menjalani hari-hari seperti biasa. Walaupun, letusan dan gempa yang ditimbulkan gunung itu kerap menggetarkan bangunan rumah warga dan hotel-hotel di sepanjang pantai Pasauran dan Anyer.
Nurdin, 27 tahun, warga Cinangka, Kabupaten Serang, menyatakan Gunung Anak Krakatu saat meletus selalu menimbulkan getaran hingga ke bibir pantai. “Saya saat menginap di hotel di Pantai Carita, kaca kamar saya bergetar akibat letusan Gunung Anak Krakatau,” kata dia.
WASI’UL ULUM