TEMPO Interaktif, Bengkulu - Kemarau panjang mulai memakan korban. Peyakit diare menyerang masyarakat di beberapa wilayah Bengkulu. Keterbatasan sumber air bersih menjadi penyebab utama penyakit yang telah menjangkiti ribuan masyarakat tersebut.
"Kekeringan membuat kasus diare meningkat. Namun, sampai sekarang jumlahnya belum mengarah KLB," ungkap Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu Zulman Zuri Amran melalui Kabid Pemberantasan Penyakit Menular, AH Mahfudin, Jumat, 16 September 2011.
Pada semester pertama tahun ini, berdasarkan data Dinas Kesehatan Bengkulu, jumlah penderita diare terbanyak terjadi di bulan Maret dengan total 1.986 orang. Sementara Januari dan Februari sebanyak 1.764 dan 1.522 orang. Kemudian di bulan April turun menjadi 1.055 orang. Namun, pada bulan Juni jumlah penderita meningkat kembali menjadi 1.204 orang.
Dinkes melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang konsumsi air bersih di daerah yang terdeteksi sebagai rawan penyakit diare meskipun Dinkes sendiri pesimis upaya ini dapat berhasil. "Masyarakat sebenarnya tidak mau mengkonsumsi air yang tidak bersih, tapi mau bagaimana lagi, sumber airnya memang sulit," ungkapnya lagi.
Salah satu daerah yang dilanda kekeringan adalah Desa Talang Panjang, Kabupaten Bengkulu Tengah. Warga terpaksa memanfaatkan air Sungai Bengkulu yang tercemar logam berat.
Sementara warga Kelurahan Sumur Dewa, Kota Bengkulu, terpaksa menggali sumur baru di area yang lebih rendah. "Sumur lama tidak lagi mengeluarkan air lagi," ungkap Ujang, salah satu warga. Ia mengatakan tak mengkonsumsi air PDAM karena harganya yang cukup mahal.
PHESI ESTER JULIKAWATI