TEMPO Interaktif, Surakarta - Ribuan orang berkaus merah membentuk setengah lingkaran di depan pintu masuk Pasar Gede di Jalan Urip Sumoharjo, Surakarta, membuat sebagian ruas jalan ditutup. Mereka adalah para pedagang di Pasar Gede yang hendak mengikuti upacara Hari Kemerdekaan.
Pakaian mereka bukan seragam seperti peserta upacara pada umumnya. Ada yang memakai celana jins, celana pendek di bawah lutut, dan rok untuk para wanitanya. Untuk alas kaki, ada yang memakai sepatu kets, selop, bahkan sandal jepit.
Para pedagang dikelompokkan berdasar rupa-rupa dagangannya. Misalnya pedagang sayuran, buah-buahan, ikan hias, makanan ringan, dan grosir. Turut menjadi peserta kelompok jasa gendong, pengemudi becak, dan petugas parkir.
Sebelum upacara dimulai para peserta dihibur dengan penampilan para punakawan, yakni Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong dengan iringan gamelan. Musik ini juga mengiringi kedatangan komandan upacara, Jumadi Alpardi.
Sedangkan pembina upacara, Jarwadi, masuk ke lokasi juga dengan iringan gamelan dan didampingi para tokoh punakawan. Jalannya upacara juga tidak lepas dari iringan gamelan. Terutama saat petugas pengibar bendera menuju tiang bendera dan menjelang pembacaan teks proklamasi.
Jumadi, Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Gede, mengatakan ada 1.250 orang yang turut dalam upacara. “Ini untuk pertama kalinya kami menggelar upacara Hari Kemerdekaan di luar pasar. Tahun lalu upacara diselenggarakan di dalam pasar,” ujarnya, Rabu, 17 Agustus 2011.
Semua petugas upacara, termasuk pengiring gamelan, berasal dari pedagang Pasar Gede. Dia mengatakan upacara peringatan ini digelar karena pedagang juga ingin memperingati Hari Kemerdekaan. “Karena banyak pedagang yang enggan ikut upacara di lapangan, upacara dibawa ke pasar,” ucapnya.
Karena hampir seluruh pedagang ikut upacara, untuk sementara aktivitas jual-beli terhenti. Kegiatan dagang kembali ramai setelah upacara selesai sekitar pukul 8.30 WIB. Salah seorang pedagang buah, Saikhu, 36 tahun, biasa berjualan sejak pukul 5 pagi. “Tapi hari ini baru mulai jualan seusai upacara,” katanya. Sosok yang sudah berjualan selama 11 tahun ini tidak mempermasalahkannya karena peringatan Hari Kemerdekaan hanya setahun sekali.
Begitu juga yang disampaikan pedagang sayuran, Tjwan Nio, yang tidak keberatan waktu berjualannya terpotong. Perempuan 57 tahun ini baru akan melayani pembeli setelah upacara selesai. “Biasanya berjualan sejak pukul 5 pagi sampai 6 sore,” ucapnya.
UKKY PRIMARTANTYO