TEMPO Interaktif, Kediri - Bank Indonesia Cabang Kediri mengumumkan lonjakan penemuan uang palsu di masyarakat. Peredaran ini diperkirakan meningkat menjelang peringatan Hari Raya Idul Fitri nanti.
Pemimpin Bank Indonesia Kediri, Matsisno, mengatakan peredaran uang palsu ini banyak dijumpai seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat. Biasanya, pelaku akan memanfaatkan momentum penukaran uang pecahan yang dilakukan umat Muslim untuk merayakan lebaran. “Kami menemukan lonjakan peredaran uang palsu saat ini,” kata Matsisno kepada Tempo, Selasa 21 Juni 2011.
Data Bank Indonesia wilayah kerja eks-Karisidenan Kediri dan Madiun menunjukkan peningkatan uang palsu yang mencapai 1.539 lembar dengan nominal Rp 124,6 juta. Angka tersebut diukur dari data temuan uang palsu pada semester I tahun 2010 dibandingkan semester II tahun 2010 dengan persentase pertumbuhan 6,65 persen.
Matsisno mengatakan temuan tersebut tidak semata-mata terjadi karena naiknya peredaran uang palsu. Hal ini bisa terjadi akibat tingginya kesadaran masyarakat tentang keaslian uang rupiah dan melaporkan keberadaan uang palsu kepada Bank Indonesia.
Namun demikian, tidak menutup kemungkinan para pelaku pembuatan uang palsu ini akan memanfaatkan momentum Lebaran untuk beraksi. Sebab saat itu permintaan pecahan uang kertas akan meningkat dari umat Muslim. “Harus benar-benar jeli ketika menukarkan di tempat umum,” katanya.
Untuk mengeliminasi praktek tersebut, Bank Indonesia juga akan memperbanyak kas keliling yang melayani penukaran uang, serta menginstruksikan bank umum dan bank perkreditan rakyat melayani penukaran uang. Hal ini sekaligus menarik lembaran uang yang sudah rusak dari masyarakat untuk didaur ulang menjadi lembaran baru.
Matsisno berharap tidak ada peluncuran uang pecahan baru menjelang Lebaran nanti sebab seperti tahun sebelumnya, masyarakat akan berduyun-duyun mendapatkan uang tersebut untuk dibagikan pada saat Lebaran. “Itu akan menyulitkan petugas kami di lapangan,” katanya.
HARI TRI WASONO